Pentingnya Peran Pemerintah untuk Hindari Kenaikan Angka Pengidap Demensia di Indonesia
- Pixabay/jarmoluk
“Ini adalah langkah penting, dengan tidak adanya pengobatan atau penyembuhan, untuk mencegah sebanyak mungkin kasus yang ada. Kita harus memastikan masyarakat menyadari strategi pengurangan risiko demensia, pada semua usia, dan memiliki akses terhadap informasi, saran, dan layanan dukungan yang diperlukan,” lanjut DY.
Tahun ini terdapat banyak kemajuan dalam terapi obat demensia yang potensial yang telah membawa harapan bagi banyak ODD dan perawatnya. Namun, perawatan ini mungkin tidak cocok atau tersedia untuk setiap ODD.
Sejauh ini hanya 40 pemerintah di seluruh dunia yang telah mengembangkan rencana penanganan demensia di level nasional, dan Indonesia salah satunya di mana Rencana Aksi Nasional Demensia Indonesia diluncurkan di tahun 2016, RAN Demensia pertama di Negara Asia Tenggara (ASEAN).
“Kami ingin meningkatkan kerja sama dengan berbagai organisasi non profit seperti Alzheimer Indonesia terutama dalam menyukseskan transformasi kesehatan di Indonesia yang akan menempatkan siklus hidup sebagai konteks utama. Hal ini berarti ODD dan lansia akan mendapatkan perawatan dan pendampingan yang maksimal dan sejalan dengan upaya Negara untuk mencegah dan mempromosikan gaya hidup sehat," kata Dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat mewakili Menteri Kesehatan.
Meskipun setiap individu dapat menerapkan perubahan gaya hidup untuk mengurangi risiko terdiagnosis demensia, atau memperlambat perkembangan demensia, pemerintah mempunyai peran yang jelas dalam mengurangi risiko di masyarakat. Maka dari itu, sangat diharapkan keterlibatan pemerintah dalam menanggapi meningkatnya kasus demensia ini.
Pendanaan untuk inisiatif pengurangan risiko tersebut bahkan mungkin bersinggungan dengan tujuan pemerintah lainnya seperti mengurangi angka merokok, mengatasi masalah kesehatan mental seperti depresi, atau meningkatkan akses terhadap alat bantu dengar, yang penggunaannya telah terbukti memperlambat penurunan kognitif pada mereka yang mengalami gangguan pendengaran.
“Sering kali, mereka yang didiagnosis menderita demensia mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak menyadari bahwa ada faktor risiko demensia yang dapat dimodifikasi dan berharap mereka tahu cara mengurangi risiko tersebut sejak dini. Kebanyakan, baru setelah diagnosis mereka menyadari betapa praktisnya pencegahan demensia untuk mencegah atau menunda timbulnya demensia, namun juga berpotensi memperlambat perkembangan kondisi tersebut,” kata DY.