Terpapar Polusi Jakarta

Pengendara sepeda motor mengenakan masker.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Jika dipersentase, transportasi sekitar 48 persen, industri 23 persen, sisanya dari yang lain-lain seperti pembakaran sampah, debu konstruksi, sekitar 10 persen. Selain itu, pertumbuhan industri kendaraan bermotor low cost and green car (LCGC) bertambah banyak, sepeda motor pun meningkat jumlahnya. Kemudian faktor cuaca.  "Kemarau itu juga mempengaruhi," kata Dwi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengakui, sejak musim kemarau udara di Jakarta tidak sehat. Namun, untuk kualitas udara yang berpengaruh terhadap kesehatan hanya 40 persen. Sisanya dari perilaku masyarakat, faktor genetika dan faktor pelayanan kesehatan.

Imbas Polusi

Dampak polusi bagi kesehatan dapat menimbulkan berbagai penyakit. Di antaranya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), asma, stroke, hingga ISPA balita. 

Dari catatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, selama periode Januari-Mei 2019, kasus ISPA mencapai 905.270 kasus berdasarkan laporan fasilitas pelayanan kesehatan. Rinciannya, Januari kasus ISPA mencapai 178.501 kasus, Februari 232.403 kasus, Maret 202.034 kasus, April 165.105 kasus, dan Mei 127.227 kasus.

Suasana orang berobat di rumah sakit

Untuk mengantisipasi agar tak terjadi lonjakan ISPA, Dwi mengajak masyarakat guna melakukan pencegahan. “Hindari asap rokok, jangan merokok. Jauhkan anak-anak dari asap rokok karena anak-anak dapat berisiko kena serangan asma, ISPA balita, sindrome kematian bayi secara mendadak,” ujarnya.

Adapun selama 2016 hingga 2018, menurut Dwi, kasus ISPA di ibu kota berturut-turut yaitu 1.801 juta kasus, 1.846 juta, dan 1.817 juta kasus.

Sementara itu, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, data penyakit yang berhubungan dengan polusi udara di DKI Jakarta itu ada asma kambuh sebesar 52,7 persen. Kemudian disusul ISPA balita 5,4 persen, stroke 12,2 persen, diabetes melitus lebih dari 15 3,4 persen, dan ISPA 2,7 persen.

Biasanya, menurut dr. Daniel Bramantyo, dokter dari Rumah Sakit Pertamina Jaya, dalam jangka pendek, penyakit yang paling sering terjadi akibat polusi antara lain alergi bagi beberapa orang sensitif terhadap pencemaran udara. Kemudian sesak, batuk, ISPA hingga bronkopneumonia.

Pada beberapa penyakit, menurut dia, bisa disembuhkan. Namun dampaknya untuk kualitas hidup menjadi berkurang. “Aktivitas jadi tidak maksimal dan fisik tubuh pun juga jadi menurun,” tuturnya saat dihubungi VIVAnews.