Mata-mata dari Australia
Jumat, 21 Februari 2014 - 22:59 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
Bocoran percakapan ini tampaknya sungguh penting bagi Amerika Serikat. Dan itu terlihat dari kecepatan mereka merespon laporan dari Canberra itu. Hari itu juga, markas NSA di Maryland memberi restu kepada agen Australia untuk terus menyadap pembicaraan Duane. Dengan alasan, informasi itu penting bagi konsumen Amerika Serikat.
Yang mencenggangkan, kepada NSA, para agen intelijen ASD mengaku bahwa selama ini mereka dapat mengakses data milik PT Indosat Tbk (Indosat) dalam jumlah besar. Dan sebagaimana luas diketahui bahwa Indosat adalah salah satu perusahaan telekomunikasi besar di tanah air.
Kemampuan mengakses ini, begitu bunyi tulisan di New York Times, dipakai untuk menyadap komunikasi, termasuk percakapan para pejabat di sejumlah kementerian di Indonesia.
Dan tampaknya para agen intelijen di ASD royal menyetor informasi kepada NSA. Dalam dokumen lain yang diterbitkan NSA pada tahun 2013, disebutkan bahwa mereka sanggup masuk ke jaringan milik PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Para agen di ASD mengklaim telah mendapatkan hampir 1,8 juta kunci induk enkripsi, yang dipakai untuk melindungi percakapan.
Telkomsel dan Indosat memang merupakan operator terbesar di tanah air. Data pengguna telepon seluler pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Telkomsel mempunyai 212 juta pelanggan. Menguasai sekitar 62 persen pangsa pasar. Sementara Indosat memiliki 52 juta pelanggan, atau 15 persen dari pasar. Jika digabung, kedua operator ini menguasai kurang lebih 77 persen pelanggan seluler di Indonesia.
Diprotes
Bocoran dokumen terbaru itu, kembali memantik protes keras dari tanah air. Australia dikecam. Perlakuan mereka dinilai tidak semanis bahasa diplomasi yang menguar di media massa. Dokumen yang susul menyusul dibocorkan Snowden, juga membantah klaim badan intelijen Australia, bahwa penyadapan hanyalah menyasar jaringan teroris.
Mendapat kecaman dari sejumlah kalangan di Indonesia, Perdana Menteri Tony Abbott berkilah. Penyadapan itu, katanya, bukan untuk tujuan komersil. Dia menegaskan, "Kami menggunakannya untuk menegakkan nilai-nilai kami. Untuk melindungi rakyat kami dan rakyat negara lain."
Penjelasan Abbott ini tentu saja membuka pintu perdebatan yang panjang. Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, mempertanyakan hubungan sengketa dagang itu dengan keamanan negara. "Yang sulit saya pahami, bagaimana bisa konflik dagang udang dapat berimbas terhadap keamanan nasional Australia?" ujar Marty keheranan.