Mata-mata dari Australia

Gedung Telkomsel
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin


Gatot mempertanyakan validitas laporan 
New York Times itu. “Kalau validitasnya masih dipertanyakan, artinya belum sah. Kami tidak bisa tindak lanjuti. Tidak bisa ambil action . Semua informasi ada di media luar sana," kata Gatot, saat dihubungi VIVAnews melalui pesawat telepon, 20 Februari 2014.

Aksi sadap-menyadap ini, lanjutnya, telah masuk ke ranah hubungan diplomatik. Hubungan antara Indonesia-Australia dan Indonesia-AS. Masuk domain Kementerian Luar Negeri.  Sama dengan kasus penyadapan oleh Australia kemarin. “Respons kami ditunjukkan dengan sikap Bapak Presiden SBY dan Kementerian Luar Negeri.  Kami menghindari duplikasi informasi yang tidak selaras," tegas Gatot.

Soal  teknik penyadapan, Gatot menduga, penyadapan yang terjadi modusnya sama.  Umumnya sudah ditarget. Tidak asal menyadap. Mereka tidak menyadap seluruh pelanggan. “Jika targetnya adalah pejabat, tentu lebih sulit. Karena rata-rata enkripsi telah diterapkan oleh Lembaga Sandi Negara," tutur pria kelahiran Yogyakarta 53 tahun lalu itu.

Kecuali, kata Gatot, pejabat negara itu tidak patuh. Karena komunikasi yang sifatnya rahasia tentu akan dilindungi oleh Lemsaneg.