Putri nan Malang dan Tanah Bermain yang Hilang

kerabat berdoa di makam Alm. Putri Nur Fauziah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

Haji Heri adalah salah satu orang yang berperan penting dalam pembebasan lahan di Rawalele untuk dijadikan perumahan Citra Garden pada tahun 1980-an.

Orangtuanya sengaja membuatkan warung itu untuk Agus, bukannya karena tak sayang atau sengaja membuang anaknya. Tapi, karena Agus punya sifat yang unik, dan suka menyendiri serta senang bergaul dengan anak-anak.

Partini, seorang warga, juga mengakui, anak-anak terutama yang berusia mulai 10 hingga 16 tahun sering berkumpul di sana.

"Tiap hari di sana, sampai malam, begadang, orangtua sebenarnya tidak suka. Tapi, ya, tetep aja karena Agus itu disenangi anak-anak," katanya.

Kakak Putri, bernama Arya pun sering berkumpul dengan geng besutan Agus. Mahfum, Arya kerap membantu Agus melayani pembeli di warungnya itu. Putri pun beberapa kali pernah ke gubuk Agus untuk bertemu dengan kakaknya.

Meski tak suka, warga memilih membiarkan. Tak ada yang menduga, dari lahan bermain yang sangat sempit itulah kisah tragis Putri terkuak. Ternyata Putri  bukan satu-satunya korban. Ada korban lain yakni T, siswa kelas 5 SDN 14 Sore Kalideres, yang gedungnya sama dengan SDN 05 yang menjadi korban pencabulan. Bahkan ada korban lainnya berinisial Y sempat hamil. 



Sempitnya Ruang untuk Anak

Kasus Putri merupakan tanya. Begitu sempitkah ruang gerak dan kebebasan bagi anak negeri ini? Begitu sedikitkah lahan yang tersedia hingga anak tak leluasa mengekspresikan dirinya? Lahan yang sempit hingga membuat anak kekurangan tempat bermain ditengarai membantu maraknya angka kekerasan dan kejahatan pada anak.

Jakarta memang kekurangan lahan bermain yang layak untuk anak. Terutama di perkampungan padat penduduk, seperti Rawalele. Kondisi ini ditengarai sebagai salah satu pemicu terjadinya kekerasan dan kejahatan seksual anak. Lahan sempit membuat anak terlalu sering berbaur dengan orang dewasa, seperti yang terjadi di gubuk milik Agus.

Dari persinggungan yang terus terjadi dengan orang dewasa itulah muncul kemungkinan terjadinya kasus yang membahayakan anak. Seringnya anak bersinggungan dengan orang dewasa menimbulkan rasa percaya pada orang dewasa, sehingga anak menjadi lengah.

Psikolog dan Family Coach Ferlita Sari S.Psi, M.Psi, mengatakan kasus perkosaan dan pelecehan seksual pada anak biasanya dilakukan oleh orang dekat.

"Anak-anak biasanya masuk perangkap karena sudah mengenal dan percaya pada pelakunya," katanya saat dihubungi oleh VIVA.co.id, Jumat, 16 Oktober 2015.