Putri nan Malang dan Tanah Bermain yang Hilang
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
"Rasa kebahagiaan setiap anak merupakan aspek yang harus diutamakan. Sebab, dari ruang terbuka tersebut timbul pemahaman anak, orang tua, dan lingkungan sekitar," ujar Fernandez Hutagalung, Staf Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kepada VIVA.co.id.
Fernandez lebih mengutamakan kebersamaan dan kedekatan keluarga dan publik melalui Ruang Terbuka Publik Ramah Anak (RTPRA). Menurut dia, area publik yang terbuka bagi siapa saja bisa memunculkan interaksi dengan keluarga dan warga sekitar. Interaksi yang intens bisa memudahkan warga saling mengawasi dan mengamati satu sama lain.
Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama juga menekankan hal yang sama. Bagi Ahok, menyediakan RTPRA sudah menjadi programnya.
“Kami harus sediakan sebanyak-banyaknya RPTRA. Itu aja. Supaya anak-anak punya teman dan ada yang memperhatikan serta mengenali. Kan aneh kalau di dekat rumah kamu ada taman, tapi ada yang enggak tertarik untuk bermain," kata Ahok.
Jika ada yang tidak tertarik, kata Ahok, pengurus RT dan RW harus lapor. "Kami akan mulai datangi rumah itu. Tanya kenapa anaknya? Apakah ada KDRT di rumahnya? Atau mungkin sakit, mungkin dipukulin," ujar Ahok.
Tak hanya menyediakan RTPRA, Ahok juga bersiap memberdayakan ketua RT/RW di seluruh Jakarta untuk menjadi pengawas utama bagi warganya. Ahok menginginkan, seorang ketua RT harus tahu persis kebutuhan warganya.
Tahun ini, DKI Jakarta akan memiliki 63 RTPRA. Sementara itu, tahun depan, angkanya melonjak drastis menjadi 150 area.
Tak hanya Jakarta, Bali yang pernah mencuat dengan kasus pembunuhan Engeline juga bergerak untuk membuka sebanyak-banyaknya ruang publik terbuka yang ramah anak.
I Ketut Teneng, Karo Humas dan Protokol Pemprov Bali mengatakan, pemerintah telah menyiapkan banyak area. “Di tiap desa di kabupaten/kota di Bali kami memiliki ruang bermain untuk anak. Di beberapa daerah, di banjar-banjar juga sudah ada ruang bermain untuk anak,” katanya.
Namun, I Ketut Teneng juga menekankan pentingnya interaksi anak dan orang tua, juga pengawasan orang tua kepada anak untuk membantu menekan angka kekerasan dan kejahatan pada anak.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf mengatakan, pihaknya berjanji akan membenahi persoalan ini di seluruh kota dan kabupaten di wilayahnya. Dia mengakui masih minimnya ruang bermain untuk anak di area yang ia pimpin. Namun, bukan berarti mereka tak memperjuangkan sesuatu.
Kesadaran untuk memberi area publik yang layak untuk anak makin mengemuka. Memang belum menjadi jaminan, ketersediaan lahan terbuka yang memadai akan serta merta menurunkan angka kekerasan dan kejahatan pada anak.
Namun setidaknya, ketersediaan ruang publik yang layak dan aman bagi anak-anak dan keluarga bisa menjadi tempat mereka melepas penat dan lelah serta berinteraksi dengan tetangga.
Anak-anak bisa bermain dengan leluasa, dan tetap dalam pengawasan orang tua.
Seperti yang ditekankan Gubernur DKI, RPTRA bisa menjadi pusat untuk masyarakat berkumpul di tengah kota.
“Ini mesti kita pikirkan. Jangan sampai Jakarta, kota yang begitu besar, makanan berlimpah, orang pintar melimpah, tapi enggak ada yang peduli saat ada anak menderita,” kata Ahok.
Area terbuka yang layak untuk publik, dan lahan bermain yang layak serta ramah anak, mungkin tak akan pernah dirasakan oleh Putri. Namun kepergiannya menyisakan pekerjaan besar agar pemerintah berkaca. Segera sediakan area terbuka ramah anak, agar tak ada lagi Putri lain yang menjadi korban kekejian orang dewasa.