Menekan Ritual Tahunan
- ANTARA/Muhammad Iqbal
Jokowi menyesalkan fenomena inflasi musiman yang terus-menerus menghantui Indonesia ini. Pasalnya, masalah tersebut tak ditemukan di negara-negara lain, termasuk negara tetangga menjelang hari-hari besar. Sebaliknya, di negara lain justru kerap banting harga menjelang hari raya.
Namun, instruksi Jokowi tak mempan dan tak mampu membendung melambungnya harga-harga kebutuhan pokok dan daging sapi. Perlahan tapi pasti. Hingga pada akhir pekan pertama bulan Ramadan, di sejumlah pasar tradisional, harga daging sapi sudah menyentuh angka Rp120 ribu per kilogram.
Kondisi ini berlawanan dengan pernyataan Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada Mei lalu yang masih percaya, pasar murah bisa menyeimbangkan harga dan menahan lonjakan harga di pasar. “Ibarat lawan mau naik ring, ditempeleng duluan supaya tidak naik ring,” ujar Amran.
Operasi Pasar dinilai bukan solusi tepat menghadapi lonjakan harga akibat tingginya permintaan. Selain hanya mengatasi untuk jangka pendek, operasi pasar juga memiliki sisi minus karena tidak mampu dilakukan secara merata di seluruh Tanah Air. Dampaknya hanya parsial.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Hartati menjelaskan, harga naik dengan permintaan yang makin tinggi sangat masuk akal terjadi menjelang hari raya. Namun, yang menjadi masalah tatkala harga sudah melambung tinggi sepekan bahkan dua pekan sebelum Ramadan. Dia menilai pemerintah seharusnya bisa lebih dini melakukan antisipasi lonjakan harga. “Ini kan sudah terjadi bertahun-tahun artinya ketiadaan antisipasi,” kata Enny Hartati saat ditemui VIVA.co.id.
Dia memaparkan, ada sejumlah pos yang memang tidak diantisipasi sehingga membuat pemerintah kecolongan. Pertama, pemerintah gagal memberikan insentif kepada produsen bahan pangan termasuk petani sehingga saat permintaan meningkat, produksi pertanian tidak mencukupi. Kedua, dalam hal tata niaga, pemerintah hanya menyerahkan kepada mekanisme pasar.
Pada saat produksi pertanian melemah, kesenjangan harga terus terjadi. Untuk itu, Enny menilai perlunya regulasi dalam hal mekanisme harga.
“Katakan misalnya seperti Bulog (Badan Urusan Logistik) untuk menetapkan harga di level petani. Jadi intinya untuk mengakhiri gejolak harga setiap Ramadan.”