Setop Kekerasan di Dunia Pendidikan

Ilustrasi/Murid Sekolah Dasar.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna


 
“Kalau saya melihat kekerasan itu, kayak ujungnya gunung es. Tetapi, kekerasan itu sebenarnya merupakan gejala dari masalah yang lebih mendasar. Di kelas itu anak-anak banyak yang tidak terlibat, bosan di dalam kelas, enggak tahu ngapain, enggak punya prestasi, itu semua memicu kekerasan,” kata Najelaa.  
 
Dari sudut pandang guru, faktor kenyamanan dalam bekerja juga sepertinya perlu disadari akan mendorong perilaku yang bersahabat. Jika guru merasa stres dan tertekan dalam menjalankan tugasnya, bukan tidak mungkin akan berimbas dalam kegiatan mengajar dan mendidik siswanya.  
 
“Di kelas, guru tekanannya luar biasa berat. Jadi, banyak guru yang secara emosional stres dan tidak bisa menghadapi murid-murid. Orangtua di rumah pun demikian. Jadi, kekerasan itu masalahnya kadang bukan dari kekerasan itu sendiri, melainkan pola pengasuhan dan pola pengajaran di kelas yang selama ini bermasalah,” tambah Najelaa.  

Selanjutnya, nyaman mengajar, nyaman belajar>>>

Nyaman mengajar, nyaman belajar

Jika Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti tingginya angka kekerasan di dunia pendidikan Indonesia, dalam momen Hari Pendidikan Nasional, pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, tidak tampak membahas isu yang sama.  
 
Pantauan VIVA dari laman resmi Kemdikbud, teks pidato peringatan Hardiknas 2018 yang disampaikan Muhadjir, mengambil tema ‘Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan’. Sempat dinyatakan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang dicita-citakan.
 
“KIta menyadari bahwa kondisi ideal pendidikan dan kebudayan nasional yang kita cita-citakan masih jauh dari jangkauan. Kita terus berusaha keras memperluas akses pendidikan yang berkualitas, terus-menerus mengalibrasi praktik pendidikan agar memiliki presisi atau ketelitian yang tinggi, sesuai dengan tuntutan masyarakat, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan pembangunan,” demikian mengutip isi pidato itu.


 
Meski begitu, membenahi situasi dunia pendidikan dalam upaya menekan angka kekerasan hingga tiada, KPAI mendorong pemerintah agar dapat menciptakan sekolah yang ramah anak.

"KPAI mendorong Kemen-PPPA, Kemdikbud, dan Kemenag RI untuk bersinergi menciptakan sekolah aman dan nyaman bagi warga sekolah melalui program SRA (Sekolah Ramah Anak). Percepatan SRA harus dilakukan seluruh kementerian/lembaga terkait, demi kepentingan terbaik bagi anak," ujar Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti.
 
Baik siswa maupun guru harus sama-sama merasa nyaman di sekolah. Sekolah tak ubahnya seperti rumah yang menerima setiap individu yang menjadi anggota keluarganya secara terbuka dan saling memanusiakan hubungan.