Fatigue Kill, 'Pembunuh' di Balik Pesta Demokrasi
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
"Dalam proses penghitungan suara di TPS saja, anggota KPPS memerlukan waktu sampai dengan lewat tengah malam untuk menyelesaikannya," ujar Titi.
Hal serupa juga dikeluhkan Anton, salah satu petugas KPPS TPS 16 Jurang Mangu Timur Tangerang Selatan. Ia memberikan gambaran umum tugas yang harus dilakukan petugas KPPS. Menurutnya, tugas dan beban kerja petugas KPPS di Pemilu 2019 ini lebih berat dari pemilu sebelumnya.
Sejak awal petugas KPPS bekerja hampir seminggu sebelum pencoblosan dengan melaksanakan pengumuman dan sosialisasi. Lalu 3 hari sebelum hari H para petugas KPPS ini harus mendistribusikan surat C6 yang berisi panggilan memilih.
"Nama pemilih di DPT ke surat C6 disalin secara manual," ujarnya kepada VIVA lewat jaringan telepon Selasa 23 April 2019.
Para petugas belum merasa tenang jika logistik pemilu belum sampai ke tangan mereka. "Misalnya kesiapan logistik kotak suara hingga surat suara itu sendiri. Proses persiapan itu saja sudah menguras tenaga, waktu dan pikiran."
Tak sempat rehat, pada 17 April? para petugas sudah mempersiapkan membuat TPS, jam 06.00 mulai bertugas kemudian pukul 08.00 hingga pukul 13.00, mereka melayani proses pemungutan suara.
"Kendalanya juga banyak, seperti melayani daftar pemilih tambahan (DPTb) atau pemilih pindahan hingga daftar pemilih khusus (DPK) harus dipastikan semua data lengkap dan sesuai."
Usai enam jam melayani pemungutan suara, para petugas KPPS ini langsung menggelar penghitungan suara manual, menghitung satu persatu surat suara di lima kotak suara (Pilpres, anggota DPD dan DPR RI, DPRD kota, kabupaten dan provinsi) yang jumlahnya mencapai ribuan.
"Kalau satu kotak suara ada 250 DPT, maka jika lima kotak suara sudah ada 1.250 surat suara. Dan itu dibuka, dicek tanda coblosan dan dihitung satu persatu, dan penghitungan suara di lima kotak suara itu harus dihitung ulang," ujar Anton.
Pascapenghitungan, mereka pun harus menyusun kelengkapan administrasi di formulir model C secara manual.
"Semuanya ditulis manual. Jadi petugas PPS berakhir kerjanya setelah suara dilimpahkan ke level kelurahan atau desa," ujarnya.
Fatigue Kill
Kematian yang terjadi pada anggota KPPS dipicu kelelahan. Labor Institute Indonesia atau Institut Kebijakan Alternatif Perburuhan Indonesia berpendapat bahwa gugurnya KPPS tersebut dalam istilah Ketenagakerjaan disebut 'Fatigue Kill' atau meninggal akibat kelelahan bekerja.