Merebut Pasar China

Ilustrasi produk China
Sumber :
  • mgid.com

"Kami naikkan investment rate-nya yang tahun lalu sekitar tujuh-delapan persen. Ini jadi PR (pekerjaan rumah) besar untuk meningkatkan kualitas dan realisasinya. Tahun ini kami lakukan untuk mengejar realisasi investasi yang hingga Maret baru ada US$4 miliar," tutur Franky.

Ia juga mengklaim, realisasi investasi Tiongkok menunjukkan tren meningkat. Untuk itu, Franky menambahkan, BKPM terus berupaya untuk memfasilitasi investor China, salah satunya dengan membuka kantor perwakilan BKPM di Beijing. Kantor tersebut sedang tahap finalisasi dan diharapkan dapat beroperasi pada tahun ini.
 
Penguatan Dalam Negeri 

Sementara itu, Presiden Joko Widodo saat menerima delegasi China di Istana Negara meminta agar hambatan perdagangan Indonesia ke China dan sebaliknya dapat diatasi. 

“Ada usul misalnya Indonesia akan mendirikan Indonesian Trade Promotion Centre di Shanghai, pusat promosi di Beijing dan sebagainya,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, usai mendampingi delegasi China yang dipimpin Jiechi di Istana Negara, Senin 9 Mei 2016. 

Kunjungan delegasi China ke Indonesia adalah untuk menyampaikan pesan Presiden Xi Jinping kepada Presiden Jokowi. Pesan itu adalah komitmen China untuk terus meningkatkan hubungan bilateral kedua negara, baik bidang ekonomi, perdagangan, hingga investasi. 

“Di bidang perdagangan, jumlahnya cukup besar yaitu US$44,4 miliar, tetapi terdapat tren penurunan,” katanya.

Untuk itu, diharapkan ada peningkatan lagi atau dikembalikan seperti semula. Tentu, dengan berbagai terobosan yang harus dilakukan. 

Sementara itu, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi China saat ini memang menurun, sehingga mengakibatkan defisit terhadap perdagangan Indonesia.

Kondisi ini, menurut dia, dikarenakan penurunan ekspor oleh Indonesia. Di sisi lain, impor oleh China naik.

"China mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi tahun ini jadi 6,5 persen, sehingga permintaan terhadap produk kurang. Implikasinya adalah ekspor kita yang turun. Cuma impornya naik," kata Eko, di Jakarta, Senin 9 Mei 2016. 

Oleh karena itu, menurut dia, pemerintah harus segera melakukan penguatan dalam negeri serta membuat kebijakan yang memihak kepada masyarakat. "China unggul dengan harga murah. Produk dalam negeri kita punya kualitas dibanding China, bedanya cuma harga. Pemerintah harus berusaha supaya harga kompetitif, tapi kualitas kita unggul," tuturnya.