Cerita Pilu Drummer Indonesia Peraih Rekor Dunia di Portugal

Kunto Hartono, peraih Guinness World Records menabuh drum 145 jam nonstop
Sumber :

Kunto senang mendengar kabar dari Carlos. Tetapi masalah lain menghantui. Dia kesulitan ongkos dan biaya hidup di Portugal. Kunto tak patah arang.

Dia meminta Carlos agar mengirim surat undangan resmi berikut dokumen kegiatan. Dia juga mendapatkan surat rekomendasi dari KBRI di Lisbon. Kunto memerlukan dokumen itu untuk mencari sokongan dana. Kala itu, Kunto berharap sokongan dari pemerintah.

Proposal pun lantas dibuat. “Proposal saya ajukan ke empat kementerian. Kementerian Luar Negeri; Kementerian Sosial, karena di sini ada sisi kemanusiaannya; Kementerian Pemuda dan Olahraga, mungkin penampilan saya di Portugal bisa dipakai untuk sosialisasi Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang; dan terakhir ke Kementerian Pariwisata, kaitannya dengan promosi pesona dan Wonderful Indonesia,” kata dia.

Proposal itu tak mendapatkan respons sampai sekarang. Hanya Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang membalas ketika dikonfirmasi oleh Kunto. Kata Khofifah, cerita Kunto, proposal yang diajukan itu diteruskan ke salah satu Direktorat Jenderal di Kemensos. “Tapi sampai sekarang tidak ada apa-apa,” ujarnya.

Singkat cerita, Kunto pun berangkat ke Portugal kendati tanpa sokongan pemerintah. Dia mendapatkan bantuan dari beberapa teman untuk ongkos pulang-pergi Indonesia-Portugal. Sampai di Lisbon, dia langsung kehabisan uang.

Dia sedikit terbantu setelah pihak KBRI di Lisbon memfasilitasi akomodasi selama di sana. “Pulang pergi saja Indonesia-Lisbon habis Rp30 juta,” ungkapnya.

Kunto senang karena bisa tampil atas nama Indonesia di negeri orang, apalagi dalam misi penggalangan dana kemanusiaan untuk anak-anak konflik Siria. Tetapi, dia juga kecewa karena pemerintah tidak memberi dukungan, kendati aksinya itu secara tidak langsung mengharumkan nama bangsa Indonesia.

“Selama ini saya meraih rekor dunia juga sama sekali hampir tidak di-support oleh pemerintah,” tuturnya.