Diskriminasi Terhadap Perempuan Dalam Pekerjaan Kian Parah di Tiongkok
- ZDNET
VIVA – Ketimpangan upah yang dibayarkan kepada laki-laki dan perempuan di Tiongkok terus memburuk meskipun perempuan Tiongkok memiliki partisipasi perempuan tertinggi di Asia. Kesenjangan gaji telah melebar hampir 30 persen, menurut sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di Universitas Peking yang berbasis di Beijing. Pembangunan ekonomi yang sangat pesat dalam dua dekade terakhir telah meningkatkan standar hidup di Tiongkok, namun gagal memberikan manfaat yang setara bagi laki-laki dan perempuan.
Dilansir EuropeanTimes, Selasa 23 April 2024, penderitaan perempuan di Tiongkok semakin memburuk selama pandemi COVID-19 karena kesenjangan antara laki-laki dan perempuan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam hal jam kerja dan melebar hampir 30 persen dalam hal upah. “Kesenjangan gender di pasar tenaga kerja masih melebar setelah pandemi ini berakhir, dan nasib para ibu yang bekerja sepertinya tidak akan membaik secara mendasar dalam jangka pendek,” demikian bunyi laporan studi tersebut.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh platform rekrutmen pekerjaan Zhaopin, perempuan profesional di Tiongkok dibayar lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki. Kesenjangan pendapatan telah mencapai 13 persen selama beberapa tahun. Sistem patriarki di Tiongkok sering disalahkan atas perlakuan diskriminatif terhadap perempuan. Bahkan Presiden Tiongkok Xi Jinping berusaha membatasi pertumbuhan ekonomi perempuan dengan meminta mereka untuk tinggal di rumah dan memiliki anak untuk mengatasi masalah demografi.
Perempuan pekerja yang memiliki anak kecil merupakan kelompok yang paling terpukul selama pandemi COVID-19 karena mereka menghadapi risiko pengangguran 181 persen lebih tinggi dan penghasilan 36,8 persen lebih sedikit per bulan. “Selama periode khusus ini, ibu yang bekerja mengambil lebih banyak tanggung jawab keluarga, mengalami dampak pekerjaan yang lebih besar, dan mengalami trauma psikologis yang lebih parah,” demikian bunyi laporan Universitas Peking.
Diskriminasi telah menyebabkan penurunan jumlah perempuan Tiongkok dalam kegiatan ekonomi. Partisipasi angkatan kerja perempuan menurun dari 61,4 persen pada tahun 2019 menjadi 60,5 persen pada tahun 2023. Angka tersebut turun sekitar 80 persen pada tahun 1980an. Tiongkok menduduki peringkat ke-63 dalam Indeks Kesenjangan Global pada tahun 2006 namun merosot ke posisi 107 pada tahun 2023.