Pulihkan Reputasi Pasca Krisis? Bisa, Ini Caranya!
- vstory
Perubahan yang dilakukan pasca krisis tujuannya tak hanya untuk mengembalikan kepercayaan semata, tapi juga menjadi kesempatan untuk melakukan perbaikan secara mendasar, mulai dari arah, tujuan strategi hingga nilai organisasi atau perusahaan Griffin (2014). Pastinya melihat oportunity di tengah krisis bukanlah hal yang mudah dilakukan, terlebih jika kondisi krisis masih belum teratasi dengan baik. Dalam kondisi krisis masih terjadi ini artinya banyak tekanan yang diterima organisasi dari segala arah. Sebagai seorang pimpinan organisasi atau perusahaan yang visioner, kita harus bisa melihat jauh ke depan ketika berhadapan dengan krisis. Tak hanya sebatas krisis dan bagaimana penanganannya, tapi juga harus bisa melihat bahwa krisis sebagai sebuah turning point dari bencana, menjadi sebuah kesempatan untuk bertransformasi ke arah yang lebih baik lagi.
Pemulihan Citra di mata Akademisi
Sebuah tahap pemulihan harus menjalankan assesment yang benar benar jujur, terlepas dari organisasi tersebut siap atau tidak dalam memprediksikan ataupun mengatasi risk reputation. Kesiapan kita dalam menghadapi krisis adalah hal yang sangat positif, tapi akan jauh lebih baik lagi jika kita mampu menghentikan resiko ancaman pra krisis sebelum benar benar menjadi sebuah krisis yang tak terelakkan. Sejumlah penelitian terkait pentingnya mengembalikan atau memulihkan reputasi pasca krisis sudah banyak dilakukan para akademisi. Terdapat banyak insight yang bisa dikumpulkan dari penelitian terkait dengan pemulihan pasca krisis. Zebua, dkk (2021) menjelaskan bagaimana pentingnya upaya mempertahankan citra pasca krisis, dengan corrective action dan komunikasi yang baik dalam fase merespons krisis dan pasca krisis sangat berpengaruh untuk mempertahankan citra institusi.
Hasil riset lainnya dari Seeger & Griffin (2010), bisa menjadi referensi untuk tahap pemulihan, atau restorasi hingga pembaharuan, penelitian ini juga menyebutkan pentingnya peran seorang pakar komunikasi dalam menghadapi krisis. Pentingnya merespons krisis dengan benar sangat berpengaruh terhadap pemulihan citra organisasi yang hancur karena krisis, salah satunya bisa dilakukan dengan teori restorasi citra.
Griffin (2014) juga memberikan empat catatan penting terkait resolusi krisis; (1). Bahwa seorang pemimpin perusahaan harus benar benar menguasai dan menjadikan manajemen krisis sebagai kemampuan strategi tingkat tinggi yang harus dipersiapkan sedini mungkin, (2). Manajemen isu harus bisa fokus memprediksi dan memecahkan ancaman reputasi baik yang muncul dari dalam ataupun luar organisasi, (3). Lagi lagi reputasi harus menjadi aset yang harus dipahami dengan sungguh sungguh oleh semua lini dalam organisasi, (4). Setiap organisasi atau institutsi yang pernah mengalami krisis sudah barang tentu memiliki kemampuan untuk memulihkan, membangun kembali reputasi bahkan mengambil kesempatan dari krisis yang terjadi.
“Musim itu telah berlalu, matahari segera berganti”, melanjutkan syair lagu yang Anda baca diawal tulisan ini, bahwa krisis pasti akan berlalu, dan bahkan tidak mungkin akan berganti ke fase yang lebih baik jika benar-benar ditangani dengan baik. Menutup tulisan ini saya ingin mengutip pernyataan Griffin (2014), “No leader wants a crisis. But good leaders will recognize that, if a crisis does occur, it presents a change opportunity that is potentially transformational”. (Dwi Anggia Ritmadhini, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Bakrie)