Konseling Online SFBC untuk Mereduksi Stres Akademik Mahasiswa
- vstory
VIVA – Terwujudnya Generasi Emas Indonesia tahun 2045 merupakan visi jangka panjang pendidikan Indonesia. Kebijakan pendidikan dewasa ini mengarah pada pemenuhan Grand Design pendidikan tersebut, yang pada akhirnya akan mewujudkan Generasi Emas Indonesia.
Bonus demografi yang bervariasi menjadikan Indonesia mampu menjadi sentral utama dalam pembangunan berkelanjutan sesuai Document Sustainable Development Goals (SDGs).
Upaya ini diharapkan menciptakan manusia Indonesia yang religius, cerdas, andal, produktif, kompetitif dan komprehensif melalui layanan pembelajaran yang prima pada setiap tingkat dan jenjang pendidikan, tak terkecuali pada pendidikan tinggi.
Dalam proses mewujudkan visi tersebut ditemukan berbagai tantangan. Kondisi psikologis mahasiswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan proses pembelajaran (Daharnis, 2021).
Faktor internal yang mempengaruhi kondisi tersebut terkait dengan tekanan dan tuntutan akademik dalam bentuk stres akademik. Stres akademik dalam hal ini merupakan persepsi negatif terhadap kondisi ketidaksesuaian tuntutan akademik dengan sumber daya aktual mahasiswa yang bersumber dari tekanan kegiatan belajar, beban tugas, kekhawatiran terhadap nilai, harapan yang berlebihan terhadap diri sendiri.
Pada hakikatnya, stres akademik merupakan kondisi umum yang dialami hampir seluruh pelajar atau mahasiswa selama masa studinya. Berbagai hasil penelitian membuktikan hal ini; American College Health Association mengemukakan bahwa lebih dari 60% mahasiswa di Amerika mengalami tekanan karena tuntutan akademik (de la Fuente et al., 2020), selain itu adanya indikasi peningkatan gejala psikosomatis dan perilaku impulsif pada lebih dari 66% mahasiswa di Korea Selatan karena stres akademik yang tinggi.
Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terjadi di Indonesia, Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sejak tahun 2011 terjadi peningkatan signifikan terhadap kondisi stres akademik pelajar (Lestari, 2018; Palupi, 2020), kondisi ini menjadi pemicu menurunnya performa akademik, rendahnya self-efficacy dan munculnya perilaku maladaptif pada pelajar, khususnya mahasiswa.
Secara lebih khusus, kondisi stres akademik juga dialami oleh mahasiswa di Universitas Negeri Padang. Studi awal menunjukkan bahwa dari 750 orang responden yang tersebar di seluruh fakultas, terdapat 28.8% responden mengalami tingkat stres akademik yang tinggi, dan hanya 8% responden yang mengalami stres akademik rendah. Kondisi ini hendaknya dapat diatasi sehingga performa akademik mahasiswa dapat mencapai titik optimal.