Alexandro Wibowo: Dari Pelajar, Pekerja Serabutan di Australia Hingga Jadi COO Sribu.com
- istimewa
Jakarta, VIVA – Di balik kisah sukses yang tampak terlihat “instan”, selalu ada perjuangan panjang yang jarang disorot. Alexandro Wibowo menjadi salah satu contoh nyata bahwa keberhasilan tidak datang dalam semalam.
Dibutuhkan waktu bertahun-tahun, keberanian untuk gagal dan dengan keteguhan untuk terus bangkit sebelum akhirnya menemukan bisnis yang cocok dan mencetak kesuksesan.
Diera saat ini, dimana dunia wirausaha yang dinamis dan penuh tantangan, Alexandro Wibowo muncul sebagai sosok inspiratif. Dengan latar belakang pendidikan di Australia serta pengalaman kerja di berbagai bidang, Alexandro merupakan representasi nyata dari seorang entrepreneur sejati yang berani, adaptif, dan visioner.
Usai menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Kanisius Jakarta, pria yang kerap disapa Alex ini memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di negeri Kanguru. Iapun menempuh studi computer di di University of Technology Sydney (UTS) pada tahun 2000, setelah menyelesaikan program matrikulasi selama tiga semester. Tak berhenti di situ, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister Administrasi Bisnis (MBA) di James Cook University, Sydney.
Di tengah kesibukan kuliah, serta semangat wirausaha yang mengalir dalam darahnya sejak muda, alex mulai merintis karier dengan berbagai pekerjaan, mulai dari food delivery yang saat itu masih menggunakan walkie-talkie, hingga menjajal dunia freelancer dengan mendirikan marketing agency bahkan event organizer.
Perjalanan kariernya penuh warna dan inspirasi, dimulai dari pengalaman hidup sebagai pelajar perantauan di Australia hingga menjadi pemimpin strategis di salah satu platform penyedia layanan kreatif terkemuka di tanah air.
Sebagai angkatan pertama pada jurusan baru di universitasnya, selain belajar, Alex juga bekerja serabutan di berbagai bidang, mulai dari restoran hingga pekerjaan kasual lainnya.
“Kalau dari segi usaha, karena pada waktu itu masih sebagai pelajar jadi banyak kerja serabutan seperti di restoran dan sebagainya,” kenangnya.
Pengalaman ini kemudian mengasah naluri bisnisnya. Ia melihat potensi komunitas Indonesia di Australia, khususnya di sektor pemerintahan dan budaya. Berbekal semangat dan kreativitas, Alex mendirikan sebuah agency dan event organizer (EO). Salah satu event perdananya adalah Indonesia Expo, yang menjadi ajang promosi budaya dan potensi Indonesia di luar negeri.
Berkah Pengalaman Dari Negeri Kangguru
Setelah 12 tahun menimba ilmu dan pengalaman di Australia, Alexandro kembali ke Indonesia, membawa serta semangat baru untuk membangun sesuatu yang berdampak lebih luas.
Pengalaman berbisnis di Australia membentuk cara pandangnya tentang dunia usaha. Ia menyadari bahwa dasar dari semua bisnis sama yakni bagaimana menciptakan pendapatan yang melebihi pengeluaran. Namun, cara mencapainya berbeda, tergantung pada budaya dan sistem hukum di setiap negara.
“Di Australia itu perlindungan terhadap konsumennya sangat jelas dan tegas, hukumnya jelas. Jadi kalau keluar dari aturan, bisa jadi masalah,” ujar Alexandro.
Hal ini berbanding terbalik dengan budaya kerja di Indonesia yang masih sarat dengan rasa sungkan dan toleransi.
Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 2008, Alexandro membangun usahanya sendiri. Meski sempat mengalami jatuh bangun, ia menganggap proses tersebut sebagai pengalaman berharga. “Apa yang kita alami itu berproses, ada saja yang tidak sesuai dengan harapan. Tapi semua itu menjadi pelajaran,” ungkapnya.
Melalui perjalanan panjang ini, Alexandro akhirnya menemukan passion sejatinya yakni di dunia strategi, pemasaran digital, dan pengembangan produk.
Alexandro melihat adanya potensi besar dalam dunia kerja lepas atau freelance. Ia mencermati bahwa fenomena freelancer di Indonesia unik dan berkembang pesat, terutama di tengah situasi sulit seperti gelombang PHK dan pandemi COVID-19.
“Banyak yang melihat jadi freelancer itu enak, bisa kerja dari mana saja, di Bali sambil lihat sunset dan dibayar dolar. Tapi realitanya tidak sesederhana itu,” jelas Alexandro. Ia menekankan bahwa menjadi freelancer ibarat membangun usaha sendiri, harus bisa menjual, mengelola keuangan, hingga mengatur administrasi sendiri.
Alexandro membagi freelancer Indonesia ke dalam tiga kategori, pertama, Mereka yang butuh tambahan pendapatan. Kedua, Mereka yang menjadikan freelance sebagai profesi utama. Ketiga, Mereka yang sedang beralih profesi dan menjadikan freelance sebagai batu loncatan.
Menariknya, justru kategori ketiga ini yang paling sering menunjukkan perkembangan signifikan karena mereka gigih membangun portofolio agar dapat memasuki dunia profesional yang baru, terang Alexandro.
Bergabung di Sribu.com
Kepulangannya ke Indonesia juga menjadi titik balik dalam karier Alexandro. Ia bergabung dengan Sribu.com, sebuah platform digital yang menghubungkan klien dengan para freelancer berbakat di Indonesia.
Peran Alexandro di Sribu dimulai sebagai Chief Marketing Officer (CMO), di mana ia berhasil mendorong pertumbuhan brand awareness, jumlah transaksi, dan peningkatan pengguna melalui berbagai inisiatif pemasaran digital yang inovatif.
Kini, dalam perannya sebagai COO, tanggung jawabnya semakin luas. Ia memimpin pengembangan platform, strategi bisnis, hingga inovasi produk. Fokus utamanya adalah menyelaraskan operasional dengan strategi pemasaran dan kebutuhan pasar di Indonesia agar pertumbuhan Sribu semakin berkelanjutan.
“Dengan Sribu.com, kami ingin membantu para freelancer mengekspor kemampuan mereka, membangun portofolio, dan mendapatkan kepercayaan pasar. Visi kami bukan hanya soal proyek, tapi pemberdayaan,” jelasnya.
ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan freelancer maupun klien menggunakan Sribu.com. Bagi klien ada lebih dari 200 proyek yang ditawarkan sehingga bisa menemukan berbagai solusi kebutuhan bisnis.
Sistem pembayaran di Sribu.com juga menjamin keamanan transaksi. Termasuk pula garansi uang kembali jika ada masalah.
Selain itu, klien juga dapat menjalin kerja sama dengan freelancer terampil dan berpengalaman di Indonesia, memastikan hasil yang cepat dan berkualitas. Pastinya klien mendapatkan tim dari Sribu.com yang siap membantu klien dalam berbagai hal, mulai dari pertanyaan hingga penyelesaian masalah dengan proses yang cepat dan praktis.
Bagi freelancer mereka bisa mendapatkan peluang yang lebih luas. Selain itu, kami sangat menghargai keahlian dan kemampuan mereka untuk mendapatkan penghasilan yang sesuai.
Freelancer juga bisa mencairkan uang mereka secara langsung ketika proyek telah selesai dikerjakan. Kami tidak menerapkan persyaratan khusus misalnya harus memiliki gelar sarjana, untuk persyaratan asalkan mereka punya KTP saja.
Secara keseluruhan, Sribu.com menawarkan platform yang efektif dan komprehensif untuk menghubungkan klien dan freelancer, memberikan berbagai keuntungan bagi kedua belah pihak.
Alex mengungkapkan Sribu telah berkembang pesat dan tantangan berikutnya adalah bagaimana kita bisa memberikan pengembangan fitur. Termasuk strategi bisnis yang lebih proaktif dalam menjawab kebutuhan klien dan freelance
“Saya sangat optimis dengan perkembangan yang begitu pesat, serta ditengah tantangan era digital, Sribu siap melakukan berbagai pengembangan fitur dan strategi bisnis yang lebih proaktif dalam menjawab kebutuhan klien dan freelancer,” pungkasnya