Inggris Sangat Tertarik Belajar dari Indonesia
- VIVA.co.id/Renne Kawilarang
VIVA.co.id -Â Sebagai umat Muslim, Duta Besar Kerajaan Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, mengaku sangat senang bisa menjalani ibadah shaum selama bulan suci Ramadhan di Jakarta. Bagi dia, atmosfir Ramadhan di Indonesia sangat terasa, dengan jam berpuasa yang lebih singkat ketimbang di Inggris.
"Sesungguhnya berpuasa di Indonesia sangat enak dan mudah. Pertama, sebagian besar warga di sini ikut berpuasa dan, kedua, durasi siang hari lebih pendek," ujar Malik yang ditemui VIVA.co.id di Gedung Kedutaan Besar pada Rabu, 1 Juli 2015.Â
 Malik mengaku, sebagai warga Inggris, dia disambut baik oleh warga Indonesia. Memiliki kedekataan secara religi dengan sebagian besar penduduk di Indonesia memudahkan Malik untuk melakukan pendekatan dengan komunitas Muslim. Hal tersebut ditambah, kemampuan Bahasa Indonesianya yang fasih.Â
Malik mengatakan, walau baru delapan bulan berada di Indonesia, tetapi dia gencar menjalin kontak dengan berbagai organisasi besar Muslim di Indonesia, berkunjung ke berbagai universitas dan pesantren. Bahkan, Malik tak canggung untuk keluar dan turut membaur bersama masyarakat.Â
Melalui akun Twitter pribadinya @MoazzamTMalik, terlihat bagaimana mantan ahli ekonomi itu menjajal masakan kaki lima yang ada di depan gedung Kedutaan dan berjalan kaki untuk melawan ganasnya kemacetan di Jakarta.Â
"Saya memang suka makan di warung. Saya suka makan tongseng dan nasi rawon. Baru-baru ini saya mencoba naik bus Trans Jakarta dan melihat bagaimana cara transportasi itu beroperasi," kata Malik.Â
Perbincangan dengan Dubes Malik juga menyentuh isu ekstremisme dan terorisme. Beberapa waktu lalu, 38 warga Inggris menjadi korban pembunuhan secara sadis di Hotel Imperial Mahraba, Tunisia.
Seorang pemuda Tunisia yang menjadi korban radikalisasi melepaskan tembakan secara membabi buta kepada para turis yang tengah berlibur di hotel itu. Pelaku diketahui bertindak atas seruan kelompok militan Daulah Islamiyah dan al-Syam (ISIS).Â
Malik berpendapat kelompok ekstrim tersebut telah menyalahgunakan nama Islam sehingga agama tersebut kerap disalah artikan.Â
"Padahal, Islam merupakan agama yang cinta damai, namun disalahgunakan oleh satu kelompok untuk membenarkan tindak kekerasan yang mereka lakukan. Tindak kekerasan tidak akan menjadi solusi terhadap permasalahan," kata Malik.Â