Menko Luhut Ungkap Sisi Gelap Investasi China

Pekerja asing asal China di Indonesia. (Ilustrasi)
Sumber :
  • VIVAnews/ Aceng Mukaram

VIVA.co.id – Investasi dari Republik Rakyat China, bakal banyak masuk ke Indonesia dalam beberapa waktu ke depan. Namun, ada beberapa hal yang diwaspadai pemerintah menyambut masuknya aliran dana segar ke perekonomian Indonesia ini.

IHSG Ngegas ke Level 6.772 pada Penutupan Hari Ini, Simak 4 Saham Menguat Pesat

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, investasi yang masuk, sangat jelas akan menimbulkan untung yang berlipat. Tapi sejumlah risiko, yaitu masuknya paham komunisme dan membanjirnya pekerja ilegal harus diantisipasi.

"Presiden ngumpulin dari Kapolri sampai Panglima dan Intelijen, untuk memastikan di semua unsur teritorial, supaya tidak ada unsur komunis di Indonesia. Kalau ada, segera ditindak sesuai peraturan perundang-undangan yang ada," kata Luhut di kantornya, Selasa 23 Mei 2017. 

Mampukah Danantara Tarik Investasi Asing Masuk ke Indonesia? Begini Kata Ekonom

Mengenai pekerja ilegal, menurut Luhut, jumlahnya masih dalam tahap wajar saat ini. Pemerintah ditegaskan masih bisa mengantisipasi hal tersebut. 

"Kalau sampai ratusan ribu, itu baru tidak betul. Yang pasti, soal ilegal worker ini di semua teritorial akan dipantau terus, agar mereka enggak ada," tutur Luhut. 

Posisi Investasi Internasional Indonesia Naik Jadi US$274,0 Miliar di Kuartal III-2024

Luhut berpendapat, bahwa tenaga kerja ilegal bisa diantisipasi dengan menambah daya saing tenaga kerja Indonesia. Salah satu strateginya dapat dilakukan melalui sekolah vokasional, atau keterampilan. 

"Untuk mengantisipasi ini kita harus tambahin kompetensi buruh kita," tambahnya. (asp)

Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan P Roeslani

Investasi Asing Tembus Rp 202,2 Triliun di Q2-2025, Singapura Masih Mendominasi

realisasi PMA masih didominasi Singapura yakni sebesar US$8,8 miliar, diikuti Hong Kong US$4,6 miliar, China US$3,6 miliar, dan Malaysia sebesar US$1,7 miliar.

img_title
VIVA.co.id
29 Juli 2025