MBS Dituduh Palsukan Tanda Tangan Raja Salman untuk Sahkan Perang Yaman

Pangeran Mohammad bin Salman.
Sumber :
  • SAUDI KINGDOM COUNCIL

Riyadh, VIVA – Seorang pejabat Saudi yang mengklaim bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), memalsukan tanda tangan ayahnya dalam sebuah dekrit kerajaan yang melibatkan pasukan darat Saudi pada tahap awal perang saudara Yaman.

Arab Saudi Akuisisi Induk Game Populer FIFA, Nilai Hampir Rp1.000 Triliun

Saad al-Jabri, yang merupakan mantan kepala mata-mata Arab Saudi membuat klaim tersebut dalam sebuah dokumenter BBC berjudul The Kingdom: The World's Most Powerful Prince.

Jabri mengatakan bahwa ia telah membahas perang saudara di Yaman, yang dimulai pada bulan September 2014, dengan Susan Rice, penasihat keamanan nasional untuk Presiden AS saat itu, Barack Obama. Rice mengatakan bahwa Washington hanya akan mendukung kampanye udara.

Rosan: RI Bakal Ajukan Penawaran Kampung Haji ke Arab Saudi Akhir Oktober

Sementara Jabri mengatakan bahwa putra mahkota, yang saat itu menjabat sebagai menteri pertahanan pada awal tahun 2015, bertekad untuk terus maju dan mengabaikan Washington. "Kami terkejut bahwa ada dekrit kerajaan yang mengizinkan intervensi darat," kata Jabri kepada BBC.

"Ia memalsukan tanda tangan ayahnya untuk dekrit kerajaan itu. Kapasitas mental raja (saat itu) sedang memburuk," tambahnya, dikutip dari Middle East Eye, Selasa, 20 Agustus 2024.

Hitung Mundur 60 Hari, Arab Saudi Bersiap Gelar Islamic Solidarity Games 2025

VIVA Militer : Raja Salman dan Pangeran Mohammad bin Salman

Photo :
  • twitter.com

Mantan kepala mata-mata itu mengatakan bahwa ia memiliki sumber yang kredibel dan dapat diandalkan untuk klaimnya yang terkait dengan kementerian dalam negeri, tempat Jabri pernah menjadi kepala staf.

Jabri juga menambahkan bahwa kepala stasiun CIA di Riyadh marah dengan keputusan putra mahkota. Koalisi yang dipimpin Saudi, yang mencakup Uni Emirat Arab, melakukan intervensi atas nama pemerintah Yaman pada Maret 2015 untuk memukul mundur Houthi, setelah kelompok itu menguasai Sanaa.

Serangan udara koalisi pada akhirnya menewaskan ribuan warga sipil, menurut laporan PBB, sementara Houthi meluncurkan rudal dan pesawat nirawak ke infrastruktur sipil di Arab Saudi dan UEA.

Namun, koalisi tersebut tidak berhasil mengusir Houthi dari ibu kota Yaman, dengan kelompok tersebut sekarang menjadi pemimpin de facto di bagian utara negara yang dilanda perang itu. Bagian selatan negara itu sebagian besar dikuasai oleh Dewan Transisi Selatan yang separatis.

John Sawers, mantan kepala MI6, mengatakan kepada BBC bahwa ia tidak tahu apakah Mohammed bin Salman telah memalsukan dekrit kerajaan, tetapi jelas bahwa ini adalah keputusan MBS untuk campur tangan secara militer di Yaman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya