Uni Eropa: Kematian Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Jadi 'Titik Balik' Konflik Timur Tengah
- AP Photo/Altaf Qadri
Ankara, VIVA - Kematian pemimpin Hamas "harus menjadi titik balik" dalam konflik Timur Tengah, kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa pada Jumat, 18 Oktober 2024.
Josep Borrell dalam sebuah unggahan blog memperingatkan bahwa kawasan tersebut "berada di ambang perang besar-besaran," dan bahwa "kematian Yahya Sinwar harus menjadi titik balik pada saat siklus kekerasan baru melanda seluruh Timur Tengah."
Pada Kamis malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memastikan kematian Sinwar di Gaza, dan mengancam bahwa "perang belum berakhir." Militer Israel kemudian memastikan kematiannya di Gaza terjadi "secara kebetulan".
Pasukan Israel IDF membawa jenazah Yahya Sinwar yang tewas di Rafah, 17/10
- timesofisrael
Pada Jumat, Hamas, melalui pejabatnya Khalil al-Hayya, mengonfirmasi kematian Yahya Sinwar, dengan menyebutnya sebagai "pahlawan yang berjuang melawan pasukan Israel hingga napas terakhirnya."
Borrell menyerukan kepada Uni Eropa untuk bekerja pada lima poin, termasuk bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan upaya untuk menemukan solusi politik terhadap masalah tersebut.
"Hampir semua yang membuat suatu masyarakat berfungsi telah hancur menjadi puing-puing," ujarnya, merujuk pada Jalur Gaza dan kurangnya kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan.
"Ada hak untuk membela diri, tetapi tidak ada hak untuk balas dendam," katanya, mengecam serangan Israel terhadap warga sipil dan menambahkan bahwa Israel "mengulangi perilaku ini dalam perang di Tepi Barat dan Lebanon."
Serangan rudal Israel menghancurkan wilayah Jabaliya, Gaza, Palestina
- AP Photo/Abdul Qader Sabbah
"Cara tidak proporsional yang digunakan Israel dalam beroperasi di Gaza tidak memberikan harapan baik bagi perlindungan warga sipil di Tepi Barat dan Lebanon. Ini harus dihentikan," tambahnya.
Borrell juga mengecam Israel karena menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon, dengan menekankan bahwa "tidak ada aksi militer yang dapat membawa masa depan yang aman bagi rakyat di kawasan itu."
Israel melukai penjaga perdamaian Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) dalam serangkaian serangan minggu lalu, yang memicu kecaman internasional atas serangan yang disengaja terhadap pasukan PBB yang melanggar hukum internasional.
Israel gempur markas Hizbullah di Beirut, Lebanon
- The New Arab/Getty
"Dengan pengeboman unit-unit UNIFIL--dan melukai empat tentara--Pasukan Pertahanan Israel telah melewati batas," katanya. Di masa depan, UNIFIL harus diberikan mandat yang lebih kuat untuk memastikan perdamaian di perbatasan," tambahnya.