Israel Serbu Masjid Al-Aqsa, Sita Pengeras Suara
- AP Photo/Leo Correa
Yerusalem, VIVA – Pasukan militer Israel menyerbu Ruang Salat Qibli di kompleks Masjid Al-Aqsa pada akhir pekan lalu. Dalam aksi tersebut, tentara Israel mencopot dan menyita dua pengeras suara sebelum menarik diri dari area tersebut.
Menurut laporan Middle East Monitor, pada Rabu, 12 Maret 2025, insiden ini dikonfirmasi oleh sumber lokal yang dikutip oleh Pusat Media Palestina.
Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Palestina
- AP Photo/Mahmoud Illean
Outlet berita Roya News juga melaporkan bahwa pengeras suara yang disita merupakan bagian dari sistem audio masjid. Hingga kini, militer Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai alasan di balik penyitaan tersebut.
Serangan ini terjadi di tengah pembatasan ketat yang diberlakukan Israel selama bulan Ramadan. Pemerintah Israel melarang warga Palestina dari Tepi Barat memasuki Yerusalem untuk melaksanakan ibadah di Masjid Al-Aqsa. Hanya pria berusia 40 tahun ke atas dengan kartu identitas Palestina yang diizinkan masuk ke kota suci tersebut.
Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam, semakin menghadapi tekanan dari proyek-proyek Yudaisasi yang dilakukan Israel. Ekskavasi yang berlangsung di sekitar kompleks masjid memicu kekhawatiran akan ancaman terhadap strukturnya.
Bahkan, anggota parlemen Israel, Amit Halevi, mengusulkan rencana kontroversial untuk membagi kompleks tersebut dan menyerahkan lebih dari 70 persen areanya kepada Yahudi.
Kompleks Al-Aqsa juga merupakan situs tersuci bagi umat Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount. Berdasarkan kesepakatan lama, mereka diperbolehkan berkunjung, tetapi tidak diizinkan berdoa di dalamnya.
VIVA Militer: Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir
- wsj.com
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kelompok ultranasionalis Yahudi semakin menentang aturan ini. Salah satunya adalah politisi sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, yang secara terbuka berdoa di Al-Aqsa saat menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional pada 2023-2024.
Pemerintah Israel juga berulang kali menegaskan komitmennya untuk mempertahankan status quo di kompleks suci tersebut. Namun, tindakan mereka justru memicu ketegangan yang terus meningkat, dan menjadikan Masjid Al-Aqsa sebagai titik rawan konflik yang berpotensi meledak kapan saja.