Trump Cabut Izin Harvard Terima Mahasiswa Asing
- Dok Harvard
Wshington, VIVA – Pemerintahan Donald Trump resmi mencabut izin Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa asing. Hal itu disampaikan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.
Rinciannya dikirim melalui surat ke sekolah tersebut, dan perubahan tersebut berdampak pada mahasiswa internasional yang saat ini terdaftar.
"Pemerintahan ini meminta Harvard bertanggung jawab atas tindakannya yang mendorong kekerasan, antisemitisme, dan berkoordinasi dengan Partai Komunis Tiongkok di kampusnya," tulis Kristi Noem, sekretaris keamanan dalam negeri, dalam sebuah pernyataan.
"Merupakan hak istimewa, bukan hak, bagi universitas untuk menerima mahasiswa asing dan mendapatkan keuntungan dari pembayaran biaya kuliah yang lebih tinggi untuk membantu menambah dana abadi mereka yang bernilai miliaran dolar,” tambahnya, dikutip dari NPR, Jumat 23 Mei 2025.
Universitas Harvard
- wordpress.com
Dalam sebuah pernyataan, Harvard mengatakan tindakan itu melanggar hukum.
"Tindakan balasan ini mengancam kerugian serius bagi komunitas Harvard dan negara kita, serta merusak misi akademis dan penelitian Harvard," kata Harvard.
"Kami berkomitmen penuh untuk mempertahankan kemampuan Harvard dalam menampung mahasiswa dan akademisi internasional, yang berasal dari lebih dari 140 negara dan memperkaya Universitas dan negara ini tak terkira," ungkapnya
Sebagai informasi, Harvard memiliki hampir 7.000 mahasiswa internasional, yang merupakan sekitar 27 persen dari seluruh mahasiswa.
Seorang mahasiswa S1 Harvard dari Kanada mengatakan kepada NPR, "Saya seharusnya lulus tepat seminggu lagi dan saya benar-benar sangat gugup."
"Ini lebih dari sekadar mengancam pendidikan kita. Ini telah membuat mahasiswa internasional merasa seperti orang luar di Harvard, padahal sebenarnya situasinya sebaliknya. Kami membawa perspektif budaya dan kontribusi penelitian yang memperkuat universitas,” tambahnya tanpa menyebutkan nama asli.
Seorang mahasiswa tahun ketiga dari Eropa mengatakan bahwa ia merasa takut dan gelisah menghadapi tatanan baru ini, tidak hanya untuk pendidikannya, tetapi juga untuk peluang kerja di masa mendatang.
"Banyak dari kami, termasuk saya, memiliki program magang dan pekerjaan di Amerika Serikat selama musim panas, dan tidak seorang pun dari kami benar-benar tahu bagaimana hal ini akan memengaruhi hal tersebut."
Mahasiswa tahun ketiga, yang juga tidak ingin disebutkan identitasnya, mengatakan bahwa ia sedang menunggu langkah Harvard selanjutnya untuk membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Saya pikir rentang hasil dari sini hingga September sangat luas. Kami benar-benar dapat memiliki apa saja, mulai dari kami semua harus pergi selama musim panas hingga Harvard berhasil (menuntut) pemerintah."
Lebih dari 1,1 juta mahasiswa internasional terdaftar di perguruan tinggi dan universitas AS pada tahun ajaran 2023-2024. Mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan keuangan federal, sehingga bagi banyak perguruan tinggi merupakan jalur penyelamat keuangan yang penting.
Tahun ajaran lalu, mahasiswa internasional menyumbang lebih dari US$ 43 miliar (Rp 700,9 triliun) bagi ekonomi AS, menurut NAFSA: Asosiasi Pendidik Internasional.