Istri Mantan PM Nepal Tewas Usai Rumahnya Dibakar Demonstran, Suami Tak Ditempat

Kerusuhan didominasi Gen Z pecah di Kathmandu, Nepal.
Sumber :
  • WION

Kathmandu, VIVA – Rajyalaxmi Chitrakar, istri mantan perdana menteri Nepal Jhalanath Khanal, meninggal dunia setelah setelah para pengunjuk rasa, yang dipimpin oleh Gen Z, membakar rumah mereka di daerah Dallu, ibu kota negara bagian Kathmandu, Selasa, 9 September 2025.

Kerugian Infrastruktur Akibat Demo di Nepal Capai Rp 2,3 Triliun

Melansir NDTV, Rabu, 10 September 2025, Chitrakar yang mengalami luka bakar serius sempat dilarikan ke Rumah Sakit Kirtipur dalam kondisi kritis, tetapi tragis nyawanya tidak tertolong, menurut sumber keluarga.

Sementara Khanal – sang suami, yang menjabat sebagai perdana menteri Nepal dari Februari hingga Agustus 2011, dilaporkan sedang tidak berada di tempat saat insiden tersebut terjadi.

Presiden Nepal Setuju Tunjuk Eks Ketua MA Sebagai PM Interim

Aksi demonstrasi yang dipimpin oleh anak muda pecah di Nepal. Mereka marah atas pemblokiran beberapa situs media sosial telah mengguncang ibu kota negara sehari sebelumnya, dan polisi melepaskan tembakan ke arah kerumunan, menewaskan 19 orang.

Larangan tersebut dicabut pada Senin malam, tetapi protes terus berlanjut, dengan para demonstran membakar rumah beberapa pemimpin tinggi Nepal dan gedung parlemen. Bandara di ibu kota Katmandu ditutup, dan helikopter militer mengangkut beberapa menteri ke tempat yang aman.

Kemlu Ungkap Kondisi 134 WNI di Nepal

Seiring meningkatnya protes, Perdana Menteri Khadga Prasad Oli mengundurkan diri pada Selasa kemarin, ketika kritik terhadap pemerintahannya meluas memicu kerusuhan di berbagai wilayah, serta tuduhan korupsi di kalangan elit politik negara Himalaya tersebut. 

Demonstrasi - yang disebut protes Gen Z - dimulai setelah pemerintah memblokir sejumlah platform, termasuk Facebook, YouTube, dan YouTube, dengan alasan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut tidak terdaftar dan tunduk pada pengawasan pemerintah.

Namun, bahkan setelah situs-situs tersebut kembali online, demonstrasi terus berlanjut, dipicu oleh kemarahan atas kematian para pengunjuk rasa di tangan polisi dan terhadap dugaan korupsi oleh pemerintah.

Khususnya, banyak anak muda yang marah karena anak-anak pemimpin politik—yang disebut Nepo Kids—tampaknya menikmati gaya hidup mewah dan berbagai keuntungan, sementara sebagian besar anak muda kesulitan mencari pekerjaan.

Mass semakin beringas dengan membakar rumah mantan menteri keuangan dan pemimpin Kongres Nepal, Ramsaran Mahat, di Kapan, Kathmandu. Gedung Mahkamah Agung, kompleks administrasi utama Singhdurbar, Kantor Presiden di Maharajgunj, dan kediaman Perdana Menteri di Baluwatar.

Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan para pengunjuk rasa berhadapan dengan Deuba dan istrinya, menteri luar negeri Arzu Rana, dalam kondisi luka-luka diduga dianiaya demonstran.

Target lainnya termasuk Hotel Hilton, yang sebagian dimiliki oleh putra Deuba, Jaybir, dan Sekolah Ullens di Lalitpur, milik Arzu Rana.

Rumah mantan perdana menteri Baburam Bhattarai di Tokha juga diserang, dengan saksi mata melaporkan bahwa keluarganya memohon belas kasihan. Bahkan, Menteri Keuangan Bishnu Prasad Paudel  dikejar-kejar di jalanan ibu kota. Sebuah video menunjukkan, Prasad Paudel  ditendang dan dipukuli secara brutal. 

Menanggapi meningkatnya kekerasan, Presiden Ramchandra Paudel mendesak semua pihak untuk menahan diri dan menyelesaikan krisis melalui dialog.

"Saya mendesak semua pihak untuk tetap tenang, mencegah kerusakan lebih lanjut bagi bangsa, dan berunding. Dalam demokrasi, tuntutan warga negara dapat diselesaikan melalui dialog dan negosiasi," ujarnya.

Para kepala keamanan Nepal, termasuk tentara, polisi, dan angkatan bersenjata, juga mengeluarkan seruan bersama yang menekankan penyelesaian damai.

"Karena pengunduran diri Perdana Menteri telah diterima, kami menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan tidak membiarkan lebih banyak korban jiwa dan harta benda. Dialog adalah satu-satunya cara untuk memulihkan ketertiban dan stabilitas," demikian bunyi pernyataan tersebut.

Para penandatangan surat tersebut antara lain Kepala Angkatan Darat Nepal Ashok Raj Sigdel, Kepala Sekretaris Ek Narayan Aryal, Menteri Dalam Negeri Gokarna Dawadi, Kepala Kepolisian Bersenjata Raju Aryal, Inspektur Jenderal Polisi Chandra Kuber Khapung, dan Kepala Departemen Investigasi Nasional Hutraj Thapa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya