Menkeu Nepal Ditelanjangi Massa hingga Nyebur Sungai, Menlu Dibogem Demonstran
- X
Katmandu, VIVA – Meluasnya aksi protes yang dipimpin Generasi Z Nepal semakin memanas dan memicu kerusuhan. Massa dengan beringas membakar rumah Perdana Menteri KP Sharma Oil dan kediaman sejumlah pejabat tinggi lainnya, seperti NDTV, Rabu, 10 September 2025.
Tak hanya aksi perusakan, massa juga melakukan aksi kekerasan terhadap para pejabat negara, termasuk Menteri Keuangan Nepal, Bishnu Prasad Paudel yang dikejar dan dianiaya di jalanan Kathmandu, sebagaimana ditunjukkan dalam video.
Protes, yang dimulai pada hari Senin dengan tuntutan agar pemerintah mencabut larangan media sosial dan memberantas korupsi, kembali berkobar meskipun aplikasi-aplikasi tersebut telah kembali beroperasi.
Juru bicara kepolisian Kathmandu, Shekhar Khanal, mengatakan bahwa beberapa kelompok menolak mematuhi jam malam pada hari Selasa, dan mengatakan kepada AFP bahwa terdapat pengunjuk rasa di jalanan di banyak daerah, serta "terjadi kebakaran dan serangan".
Menteri keuangan Bishnu Prasad Paudel, 65 tahun, terlihat berlari di jalanan Kathmandu, dengan puluhan orang di belakangnya.
Seorang pengunjuk, dari arah berlawanan, melompat dan menendang menteri tersebut hingga jatuh, yang kemudian kehilangan keseimbangan dan menabrak tembok merah, sebagaimana ditunjukkan dalam video.
Menteri Nepal, sebagaimana ditunjukkan dalam video, tanpa membuang waktu, kembali berdiri, dan berlari lagi. Dalam bagian lain, muncul video Menkeu Nepal diarak massa, dipukuli, dilucuti pakaiannya hingga tercebur ke sungai.
Menlu Dianiaya-Wajah Dibogem
Video lainnya menunjukkan Menteri Luar Negeri Nepal, Arzu Rana Deuba, ditendang dan dipukul setelah massa menerobos masuk ke kediamannya. Dalam video memperlihatkan Arzu Deuba menyeka darah dari wajahnya, dikelilingi oleh para demonstran yang merekamnya.
Tak lama kemudian, klip tersebut memperlihatkan perempuan berusia 63 tahun itu ditendang dari belakang dan dipukul di wajahnya oleh para demonstran yang marah.
Protes yang dimulai pada hari Senin, saat ini telah menewaskan 21 orang dan melukai lebih dari 300 orang. Dipimpin oleh pemuda Nepal, protes tersebut menunjukkan titik kritis dari sentimen lama terhadap para politisi, keluarga mereka, dan kekhawatiran atas korupsi.
Video-video tersebut menunjukkan situasi seperti perang di ibu kota Kathmandu, dengan pasukan kecil yang terdiri dari pemuda dan pemudi menduduki ruang publik dan terlibat dalam pertempuran sengit dengan polisi.
Beberapa situs media sosial -- termasuk Facebook, YouTube, dan X -- diblokir pada hari Jumat di negara Himalaya berpenduduk 30 juta jiwa ini, setelah pemerintah memutus akses ke 26 platform yang tidak terdaftar.
Para pengunjuk rasa membawa plakat bertuliskan slogan-slogan seperti "Tutup korupsi, bukan media sosial", "Batalkan pemblokiran media sosial", dan "Pemuda lawan korupsi" saat mereka berbaris di Kathmandu, sementara video dengan tagar seperti #NepoKid, #NepoBabies, dan #PoliticiansNepoBabyNepal membanjiri media sosial.
Kerusuhan ini merupakan yang terburuk dalam beberapa dekade dan jauh lebih keras daripada yang terjadi di negara Himalaya tersebut pada tahun 2006, ketika pemberontakan memaksa raja Nepal untuk melepaskan kekuasaan otoriternya.
Beberapa minggu sebelum pelarangan, sebuah kampanye media sosial - khususnya di platform berbagi video TikTok - menyoroti gaya hidup mewah anak-anak politisi, yang menyoroti kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Nepal. Para pengunjuk rasa mengkritik mereka karena memamerkan barang-barang mewah mereka di negara dengan pendapatan per kapita $1.400 setahun.