Jenderal Hoegeng, Pejuang Integritas dari Mabak

Mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso
Sumber :
  • Buku autobiografi 'Hoegeng, Polisi: Idaman dan Kenyataan'/Pustaka Sinar Harapan

VIVA – Mendiang Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur pernah berseloroh, bahwa hanya ada tiga polisi di Indonesia ini yang tidak bisa disuap. Patung polisi, polisi tidur dan Hoegeng.

Kemensos Gelar Rangkaian Acara Peringati Hari Pahlawan 2024, Berikut Daftarnya!

Humor khas Gus Dur itu masih terngiang hingga kini, di mana praktik korupsi kian merajalela di negeri ini. Tak hanya para penegak hukum yang mudah disuap, hampir semua institusi di republik ini sudah terjangkit penyakit korupsi. KPK bolak-balik menangkapi pejabat yang mencuri duit rakyat.

Sosok Hoegeng seperti oase di tengah kerinduan publik akan sosok penegak hukum yang jujur, bersih, bersahaja dan berkomitmen tinggi terhadap sumpahnya. Rasanya, pantas Hoegeng dijuluki sebagai pahlawan antikorupsi, yang selalu menjadi teladan Korps Bhayangkara.

Sindiran Menohok Jaksa untuk SYL: Jangan Ngaku Pahlawan Kalau Masih Suka Biduan

Hoegeng lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 14 Oktober 1921 dari pasangan Soekario Kario Hatmodjo dan Oemi Kalsoem. Hoegeng mengaku sebenarnya Ia punya empat nama, Abdul Latif (pemberian teman ayah dari Arab), Hoegeng Iman Santoso (pemberian ayah), Hoegeng Iman Soedjono (pemberian eyang putrinya), dan Hoegeng Iman Waskito (pemberian nenek buyutnya).

Tapi, Ia lebih suka dengan nama Hoegeng. Konon, semasa kecil tubuhnya gemuk sehingga dipanggil 'Bugel' (si gemuk). Entah kenapa panggilan sehari-hari menjadi 'Bugeng', lama kelamaan sampai dewasa dipanggil Hugeng (ejaan lama Hoegeng), dan lengkapnya Hoegeng Iman Santoso, seperti nama pemberian ayahnya.

Ketua Umum GP Ansor Beri Gelar Jokowi Sebagai Pahlawan Indonesia Sentris

Ayahnya, Soekario Kario Hatmodjo, merupakan seorang Kepala Kejaksaan Karesidenan Pekalongan. Sedangkan sang ibu, Oemi Kalsoem, merupakan ibu rumah tangga yang selalu menanamkan nilai-nilai budi pekerti baik kepada Hoegeng dan adik-adiknya.

Kisah-kisah inspiratif Hoegeng seolah tak pernah luntur. Meski wafat pada 14 Juli 2004 silam, sosoknya seperti 'hidup' sebagaimana dituangkan dalam sebuah buku autobiografi 'Hoegeng, Polisi: Idaman dan Kenyataan'. Ditulis oleh Ramadhan KH dan Abrar Yuska, terbitan Pustaka Sinar Harapan 1993.

Saat menjabat Kapolri, Hoegeng pernah menolak pemberian seorang wanita cantik yang ternyata tengah berperkara kasus penyelundupan. Wanita cantik yang tak disebutkan namanya itu menurut Hoegeng, ingin berupaya menyuap aparat agar kasusnya di Kepolisian dihentikan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya