Rumah Sakit di NTT Kehabisan Obat Jatah Pasien BPJS Kesehatan
- Jo Kenaru Manggarai-NTT
"Itu kalau tak salah sejak tahun 2016 sering terjadi begini persisnya, sejak dari ASKES ke BPJS. Dulunya jika obat yang kita pesan habis, maka Kemenkes bisa minta bantuan ke distributor lainnya. Dulu ada tiga distributor, namun sejak ada BPJS ini hanya satu distributor makanya selalu terjadi krisis obat-obatan," ujarnya.
Dokter Frida mengatakan, untuk pembelian pertama obat-obatan di tahun 2019 baru diproses karena rilis e-Katalog hasil penyesuaian baru dikirim, sehingga petugas rumah sakit RSUD Dr Ben Mboi baru melakukan input untuk semua item. "Agak terlambat karena harga baru dikirim dari pusat," bebernya.
Selain harga obat-obatan yang terlambat di-publish, pesanan meski melalui e-Katalog juga kerap tak lengkap sehingga pihak rumah sakit terpaksa mencari sendiri obat-obat yang tidak tersedia pada distributor.
"Kita jadinya selalu mengalami kesulitan pembiayaan, karena ada pengeluaran ekstra sebagai efek dari mahalnya biaya beli obat di mitra lokal," kata Frida sembari menjelaskan bahwa biaya yang disediakan untuk pelayanan kesehatan pasien BPJS oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai sebesar Rp10 miliar per tahun.
Selain masalah distribusi, cepat habisnya obat-obatan untuk pasien BPJS di rumah sakit Dr Ben Mboi Ruteng juga diakibatkan karena permintaan obat dari puskesmas yang tinggi.
"Padahal dia (Puskesmas) punya perencanaan sendiri, yang semestinya punya stok yang cukup sehingga tidak perlu minta lagi ke rumah sakit," katanya
Laporan: Jo Kenaru/ Manggarai-NTT
