Tekan Klaster Perkantoran, SIAGA Luncurkan Sistem Deteksi COVID-19

Pakai masker sebagai antisipasi wabah Virus Corona.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Sistem ini tidak memerlukan fitur GPS karena tidak berbasis aplikasi - yang perlu diunduh di setiap gawai personal karyawan. Cukup dengan sistem QR scan yang diletakan di setiap ruangan kantor. Dengan analisa pintar sistem ini, apabila terdapat indikasi karyawan yang reaktif virus Corona, sistem bisa mencari secara mandiri ring 1 - 3, kurang dari 1 menit

COVID-19 Kembali Masuk Jawa Barat, Ini Kata Dedi Mulyadi

“Hal tersulit yang kami temui dari hasil diskusi dengan lebih dari 100 perusahaan adalah pencarian ring 1 dan juga pendataan 7-14 hari ke belakang,” jelas Ivan. 

Ivan menjelaskan, banyak perusahaan menghabiskan waktu 3-5 hari untuk mendata pasien terindikasi. Pada akhirnya semua karyawan melakukan swab test dan menghabiskan dana tidak sedikit. Sementara basis sistem tracing SIAGA menggunakan website, HRD akan memasukkan data dan melakukan pencarian kontak erat secara mandiri. Karyawan cukup melakukan pendataan dengan scan barcode setiap masuk ke ruangan tertentu di kantor. 

Bandara Soekarno Hatta Perkuat Pengawasan Usai Lonjakan Covid-19 di Negara Tatangga

Menurut Ivan, butuh kerja sama dan tingkat kepatuhan tinggi setiap individu untuk menjalankan sistem, agar perusahaan bisa bertahan di masa sulit ini. Selain mendata dengan barcode, sistem juga secara otomatis mengirimkan self assessment yang wajib diisi karyawan H-1 sebelum mereka masuk kantor melalui email.

Tujuannya untuk menilai risiko bawaan, jika hasil penilaian mengungkap risiko besar, maka mereka dilarang masuk kantor. Dengan begitu jika terjadi kasus positif COVID-19, perusahaan akan dengan mudah melacak lingkaran pertama suspek transmisi, begitu juga area ring 2, 3, dst. Sistem akan membuat chart dan tabel demografi penyebaran secara otomatis.

Ada 15 Orang di Jaksel Positif Covid-19 Sepanjang Tahun 2025

“Dari hasil filtrasi yang tepat dan cepat perusahaan bisa menekan biaya deteksi sampai dengan 90 persen. Swab cukup dilakukan oleh mereka yang berada di ring 1,” papar Ivan.

Ivan pun mengambil contoh dengan membuat  perhitungan dari kasus sebuah mal di Jakarta yang memiliki 2 kasus positif. Manajemen harus melakukan tes deteksi pada 1.000 orang karyawan. Kalikan jumlah tersebut dengan biaya melakukan rapid atau swab tes, maka perusahaan harus mengeluarkan Rp300 juta hingga Rp2 miliar.

Sementara hanya dengan Rp 30.000,- per bulan per karyawan sistem Digital COVID-19 Contact Tracing SIAGA sudah mampu memilah, mana individu yang harus melakukan tes deteksi. Perusahaan tak perlu mengeluarkan biaya besar untuk melakukan tes deteksi pada seluruh karyawan, tapi hanya mereka yang terindikasi oleh sistem saja.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya