Mengapa Banjir Kalimantan Selatan Sering Terjadi, Ini Sejarahnya

Ilustrasi: Banjir di Kalimantan Selatan
Sumber :
  • http://omaigat.wordpress.com

Untuk pengaturan pertanian diupayakan pembuangan dan pengaliran air banjir dan air rawa dilakukan lewat celah-celah dan kanal yang digali dari sungai-sungai dengan ukuran serupa. Pematang sendiri pada sisi luarnya sangat tinggi terendam lumpur sehingga di sini hanya banjir tinggi yang bisa mengalirinya.

Heboh ASN Bali Diminta Donasi Rp 150 Ribu hingga Rp 1 Juta Buat Bantuan Banjir, Gubernur: Tidak Wajib

Sejarah Banjir Barabai

Sementara itu, banjir di wilayah Borneo bagian selatan, seperti Barabai memang periodik terjadi tiap tahun. Walaupun tingginya bervariasi, akan tetapi debitnya tidak terlalu tinggi. 

Respons Pramono soal Sindiran Komeng Banjir di Jakarta Selalu Jabar yang Disalahkan

Hendrik Juriaan Schophuys dalam Het Stroomgebied Van De Barito (1936) menuliskan, banjir yang termasuk kategori berbahaya dan ditakuti penduduk terjadi sekitar bulan-bulan musim timur, Juli sampai Oktober. 

“Di wilayah hulu, terutama di dataran rendah, perbatasan daerah perbukitan dan area perbukitan itu sendiri, banjir hanya bertahan beberapa hari. Terkadang bahkan hanya dalam hitungan jam. Air limpahan hujan deras masuk sungai, sehingga air sungai naik dan turun kurang lebih dari 10 meter dalam waktu singkat. Banjir di wilayah hulu Sungai terutama Barabai memang sering terjadi,” jelas Mansyur.

Polda NTT Gerak Cepat Tangani Banjir Bandang di Nagekeo, Terjunkan Tim Evakuasi hingga Beri Bantuan Logistik

Dalam perjalanan musibah banjir tercatat di Barabai (13 Januari 1928) berlangsung sekitar 30 jam. Ketinggian air tertinggi di alun-alun di Barabai (sekarang lapangan Dwiwarna) adalah sekitar 45 sentimeter. Sementara itu di wilayah Pagat, laju aliran terendah dan tertinggi ditemukan antara 8 dan 190 meter per detik. 

“Banjir yang terjadi di tahun 1928 ini lalu diabadikan Tichelman ke dalam beberapa buah foto banjir di Jalanan Barabai bertema 'overstroomde straat te Barabai'. Foto ini kemudian dipublikasikan KITLV,” kata Mansyur.

Francis Henry Hill Guillemard dalam Australasia Malaysia and the Pacific Archipelagoes, juga menuliskan sama. Wilayah Barabai dan Amuntai, adalah wilayah yang mengalami banjir secara berkala. Banjir tertinggi yang diamati di Barabai (pada 13 Januari 1928) hanya berlangsung kurang lebih 30 jam. 

Sementara dalam koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, edisi 10 April 1929, koresponden menuliskan pengalamnnya tentang Banjir di Borneo bagian selatan. Dalam perjalanan dengan mobil bersama seorang kenalan bisnisnya ke Hoeloe Soengei, setelah hujan deras selama beberapa hari di pegunungan. Terlihat jelas di sana-sini dari jalan pos (Jalan A Yani sekarang) di berbagai ruas jalan antara Martapoera dan Rantau genangan besar bahkan tiga perempat meter dalamnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya