Irjen Mbai: Kita Tak Boleh Terintimidasi

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Inspektur Jenderal (Purn) Ansyaad Mbai mengajak masyarakat untuk bersatu melawan gerakan radikalisme yang menyusup melalui gerakan ormas dan politik. Salah satu caranya dengan menutup ruang ormas yang terafiliasi gerakan radikal.

Protes Sound Horeg, Warga Kediri Diteror: Foto Disebar, Sound Diarahkan ke Rumahnya hingga Dikeroyok!

"Jangan beri kesempatan mereka muncul, karena ini yang kemudian menyebar. Sehingga orang semakin tebal kebenciannya kepada pemerintah. Bahkan sampai mau bunuh diri," kata Mbai di Jakarta, Kamis 8 April 2021.

Dia juga mendorong pemerintah untuk bekerja sama dengan para ulama guna meluruskan paham radikalisme tersebut. Selain itu, dia meminta negara untuk bersikap lebih tegas. Jika tidak, maka akan sulit menumpas terorisme di Indonesia.

Densus 88 Ungkap Peran Terduga Teroris Penjual Tanaman Hias yang Ditangkap di Bogor

"Kita tidak boleh takut. Tidak boleh terintimidasi. Kita muslim tentu tidak ingin agama dilabeli seperti ini. Jadi kita harus jadikan ini musuh bersama. Mari bersatu melawan ini," tandas Mbai.

Sementara mantan narapidana terorisme Mukhtar Khairi mengaku fenomena anak-anak muda banyak terpapar radikalisme karena mereka tidak memiliki pemahaman agama secara menyeluruh. Biasanya anak-anak muda ini belajar agama hanya melalui internet (sosial media). 

Warga Bogor Kaget! Penjual Tanaman Hias Baru 6 Bulan Nikah Dicokok Densus, Ternyata Jaringan Teroris

“Fenomena saat ini banyak anak muda yang kaget agama,” tutur Mukhtar. 

Dampak negatifnya, kaum milenial bisa dengan cepat memahami materi mengenai terorisme yang tersebar di media sosial. 
Bahkan bisa mengembangkan media sosial dalam menyebarkan paham radikal, sekaligus menyebarluaskan sejumlah ajaran pembuatan bom hingga penyerangan.

Oleh sebab itu, kata Mukhtar, pemerintah diminta lebih serius dalam menumpas radikalisme ideologi. Apalagi radikalisme ideologi lebih berbahaya dibandingkan radikalisme fisik. Salah satunya bersinergi dengan para ulama untuk meluruskan paham-paham yang keliru.


Baca juga: Jenderal Idham, Eks Kapolri yang 2 Kali Tak Lolos Masuk Akpol 
 

Aparat Kepolisian dan TNI berjaga-jaga. (Foto ilustrasi)

Indonesia Masuk 50 Besar Negara Paling Damai, Pengamat: Positif Tapi Belum Ideal

Ada perbaikan dari sisi keamanan yang mempengaruhi posisi Indonesia dalam Global Peace Index 2025, terutama berkurangnya serangan teror skala besar dan konflik komunal.

img_title
VIVA.co.id
31 Juli 2025