Jubir Kemenkes Sebut Kasus Omicron Lebihi Delta tapi BOR Rendah

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi
Sumber :

VIVA – Juru Bicara (Jubir) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut angka kasus konfirmasi positif oleh varian Omicron memang melebihi varian Delta, namun bed occupancy rate (BOR) atau tingkat keterisian rumah sakit masih rendah.

Heboh Macan Tutul Ditemukan di Hotel Bandung, Diduga yang Kabur dari Lembang Park & Zoo

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, 16 Februari 2022, Nadia mengungkapkan hingga Selasa, 15 Februari 2022, pasien yang dirawat di rumah sakit terus terkendali secara nasional, dan angka pasien yang dirawat di rumah sakit berada di posisi 33 persen.

Rumah sakit di Indonesia dinyatakan masih cukup memadai untuk merawat pasien COVID-19 di fase Omicron ini. Bahkan per hari ini, jumlah total tempat tidur perawatan dan intensif COVID-19 ditambah dari 88.485 menjadi 91.018.

Foto Senyum Jadi Salah Satu Metode Identifikasi Korban Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny

Tangkapan layar Juru bicara vaksinasi dari Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi.

Photo :
  • ANTARA/Muhammad Zulfikar

Nadia menjelaskan meski kasus konfirmasi harian sudah melebihi puncak delta di posisi 57.049 hari ini, dan di beberapa daerah sudah melebihi kasus konfirmasi harian pada gelombang Delta 2021 lalu, pasien yang dirawat di rumah sakit masih bisa terkendali.

Badai Salju, Sekitar 1.000 Turis Terjebak di Lereng Everest

"Sejauh ini tempat tidur isolasi dan ICU di rumah sakit untuk pasien masih memadai. Belum ada daerah dengan tempat tidur dan perawatan intensifnya di angka 60 persen di Indonesia," ujar Nadia.

Ia menjelaskan DKI Jakarta sejauh ini, dari 15.313 tempat tidur isolasi yang disediakan baru terisi 54,9 persen. Begitu juga dengan tempat tidur ICU yang tersedia 921, baru terisi 44,1 persen. Berbeda halnya dengan kondisi Delta, dimana DKI Jakarta merawat pasien COVID-19 sebanyak 18.824 di masa puncak gelombang Delta.

“Perlu kami imbau dengan tegas kembali pasien dengan tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan hendaknya dirawat secara isolasi mandiri (isoman) atau isolasi terpusat (isotar) yang disediakan pemerintah. Mari kita bantu saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit karena memiliki gejala sedang, berat, kritis, dan memiliki komorbid,” ujar dia melanjutkan.

Nadia mengemukakan dari catatan hingga 13 Februari lalu, pasien OTG dan ringan yang dirawat di rumah sakit dan sebagian besar tidak perlu terapi oksigen masih mendominasi. Dari 20.920 pasien dirawat di rumah sakit per 13 Februari 2022, 4.037 di antaranya OTG dan 9.664 bergejala ringan. Artinya, 65,49 persen dari pasien bisa isoman di rumah atau di isoter di tempat yang disediakan pemerintah selain di rumah sakit.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya