Turis Asing di Lombok Nyambi Jadi Misionaris, Warga Dibaptis Tapi Boleh Salat
- VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)
Lombok, VIVA – Belasan turis asing di Lombok diduga bekerja sebagai misionaris dan memurtadkan banyak warga. Praktik tersebut dilakukan sejak gempa Lombok 2018 hingga saat ini.
Seorang korban mengungkapkan kepada VIVA bahwa praktik tersebut dengan modus membantu warga di kegiatan sosial atau warga yang tengah sakit. Berangsur-angsur warga kemudian didoktrin untuk meyakini kepercayaan mereka dan dimandikan atau dikenal dengan nama dibaptis.
Dua perempuan berhijab menjalani proses pembaptisan di Lombok (istimewa)
- VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)
“Saya dibaptis di sebuah perumahan. Kemudian mereka juga mendoktrin suami saya untuk dibaptis,” kata seorang perempuan korban misionaris yang enggan namanya ditulis, Senin sore, 14 Oktober 2024.
Perempuan tersebut menunjukkan banyak foto tentang ritual keagamaan yang dibawa para WNA itu, mulai dari prosesi pembaptisan, belajar mengenal Isa Almasih, menyanyi lagu rohani hingga pemberkatan.
Uniknya, para korban diminta untuk tetap melakukan salat lima waktu seperti sedia kala dan tidak perlu mengubah KTP dari Islam ke agama lain.
“Kita diminta tetap salat seperti biasa, tidak perlu mengubah KTP kita,” ujarnya.
Namun, para korban diminta konsisten membaca Injil dan berdoa diawali Bismillah dan diakhiri menyebut ‘Dalam Nama Isa Almasih.’
“Hanya saja kalau berdoa diminta diawali Bismillah dan diakhiri menyebut ‘Dalam Nama Isa Almasih’, begitu yang diajarkan,” ujarnya.
Para korban mereka selanjutnya diminta untuk mencari jamaah baru agar mau memeluk keyakinan mereka. Para jamaah yang bersedia dibaptis akan diberikan 3 kilogram beras dan mie instan 10 bungkus.
“Setelah dimandikan (baptis), warga diberikan 3 kilogram beras dan 10 bungkus Indomie,” ujarnya.
Sempat Dibubarkan
Para turis tersebut yang telah membaptis warga, kemudian menggelar sesi pemberkatan di sebuah hotel di Senggigi, Lombok Barat pada Jumat 19 Juli 2024 hingga Minggu 21 Juli 2024. Namun, acara tersebut berlangsung selama dua hari, karena di hari kedua pihak kepolisian menggerebek lokasi tersebut.
“Sebenarnya berlangsung tiga hari, tapi pihak kepolisian Lombok Barat gerebek hotel itu. Jadi acara selesai sampai di situ,” ujarnya.
Kepada media ini, korban menunjukkan foto dan schedule acara di hotel tersebut. Dalam beberapa jadwal tertulis agenda seperti; Kalam Allah, Hati Bapa, Kurban yang Agung, Perjamuan Kudus dan lainnya.