Mahfud Sentil Hasan Nasbi soal Teror Kepala Babi: Merusak Pemerintah
- YouTube Mahfud MD Official
Jakarta, VIVA – Pakar Hukum Tata Negara, Mahfud MD, menyayangkan reaksi pemerintah saat menanggapi teror kepala babi dan bangkai tikus yang dikirimkan kepada Tempo.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Hasbi sempat mengungkapkan pendapat saat menanggapi aksi teror tersebut. Hasan kala itu bereaksi agar kepala babi yang meneror Francisca Christy Rosana, wartawan desk politik dan peladen siniar Bocor Alus Politik itu dimasak saja.
Mahfud menyebut pendapat itu sangat buruk bisa merusak wajah pemerintah.
“Menurut saya itu sangat buruk dan merusak sebenarnya wajah pemerintahan, masa gitu sih pemerintah menanggapi situasi. Ini orang menyerang Tempo yang tidak secara langsung menyebut pemerintah saja reaksinya begitu, apalagi kalau ada orang melapor karena misalnya kritik ke pemerintah, lalu diteror,” kata Mahfud dalam podcast Terus Terang Mahfud MD di kanal YouTube Mahfud MD Official, Kamis, 27 Maret 2025.
Ia juga menyoroti reaksi pejabat-pejabat pemerintah yang sinis terhadap aksi teror tersebut. Mahfud menambahkan, pemerintah seharusnya merupakan pihak yang paling aktif turun tangan untuk mencari siapa pelaku-pelaku teror kepada pers maupun publik.
Mahfud membagikan pengalaman menangani aksi teror atas kebebasan publik, sebuah diskusi di UGM, saat dirinya masih Menkopolhukam.
“Seharusnya aktif dong, seharusnya pemerintah aktif mencari ini siapa pelakunya. Saya dulu pernah jadi waktu Menkopolhukam, Anda ingat dulu ada diskusi yang bicara soal masa jabatan presiden atau apa begitu, diteror sehingga batal diskusinya. Kemudian, para pembicaranya diteror ke rumahnya, diketok rumahnya di tengah malam, sesudah dibuka pintu lari, lalu ada surat ancaman dan macam-macam gitu,” ujar Mahfud.
Mahfud menegaskan, apa yang dilakukan Tempo untuk mengkritisi merupakan bentuk demokrasi. Karenanya, ia merasa, perlu pula disadari kalau semua yang bicara kritis tidak lain demi kebaikan kita sebagai bangsa, agar negara ini lurus.
Ia menilai aparat kepolisian bisa langsung menemukan pihak yang meneror Tempo. Mahfud menyebut polisi selalu sigap jika menangani aksi teror tersebut jika tidak ada konflik kepentingan.
“Seharusnya pemerintah ini berterima kasih kepada media, dibina, tapi tidak usah dikooptasi. Dibina kamu bicara yang benar, tapi kalau pemerintah benar angkat dong bahwa kami benar, jangan selalu dari sudut sudut masyarakat yang tidak setuju, yang pemerintah diangkat, begitu cara membina pers sebenarnya,” kata mantan Ketua MK itu.
Mahfud berharap, Tempo tetap berani, dan media-media lain bisa bangun dari tidurnya agar membantu negara mengungkap kebenaran. Mahfud menegaskan, pers merupakan pilar penting demokrasi, sehingga kasus ini harus diselesaikan sampai tuntas agar tidak mengancam kehidupan demokrasi di Indonesia.
“Kita butuh yang seperti itu, media seperti Tempo, tidak harus destruktif, obyektif sajalah memberitakan situasi dan tetap dalam koridor kita menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis agar maju dan maju. Sebab, kalau ini dibiarkan nanti suatu saat akan terjadi lagi terhadap orang lain,” ujar Mahfud.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi
- Antara
Diketahui, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi telah meluruskan pernyataannya terkait insiden teror kepala babi ke Kantor Tempo yang ia sebut "dimasak saja".
Menurut Hasan, pernyataan tersebut justru mencerminkan sikap jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana alias Cica, yang menanggapi teror tersebut dengan santai.
Hasan menyatakan dirinya sepakat dengan cara Francisca menyikapi ancaman tersebut.
"Padahal kan saya mengutip dari X-nya Francisca, wartawati yang dikirimi kepala babi itu. Saya tuh sebenernya jarang sepakat sama Tempo lho, ya tapi saya setuju dengan cara Francisca merespons itu. Saya justru setuju dengan cara dia merespons kiriman kepala babi itu, itu kan cara yang sudah tua, cara-cara sudah lama, dan dengan dia merespons gitu buat saya respons yang bagus," kata Hasan kepada wartawan, Sabtu 22 Maret 2025.
Hasan menegaskan bahwa tujuan utama teror semacam itu adalah menciptakan ketakutan. Namun, menurutnya, Francisca justru melecehkan si peneror dengan sikapnya yang santai, yang berarti ancaman tersebut gagal menimbulkan efek yang diharapkan.
"Makanya saya menyempurnakan caranya meresponsnya aja, karena memang yang teror itu, tujuan orang ngasih teror itu menciptakan ketakutan. Justru itu cara melecehkan peneror yang bagus itu dengan cara kaya gitu, cara Francisca itu menurut saya cara bagus untuk melecehkan si pengirim kepala babi itu, dan saya mendukung dia untuk melakukan itu, biar tujuan si peneror enggak sampai kan," ujarnya.
Lebih lanjut, Hasan menjelaskan alasan di balik pernyataan "Dimasak saja," yang menuai perhatian publik.
"Dan kalau saya ya karena saya tahu dari X-nya dia makan daging babi ya saya bilang kalau dikirim gitu cara melecehkan peneror yang lebih paripurna lagi ya dimasak," lanjutnya.