Elite PDIP: Semangat Paus Bisa Jadi Fondasi Merancang Kebijakan Pendidikan Nasional yang Lebih Inklusif
- AP Photo/Damian Dovarganes
Jakarta, VIVA - Wafatnya Pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus masih menyisakan duka bagi masyarakat global termasuk elite di DPR. Wakil Ketua Komisi X DPR RI Esti Wijayanti jadi salah satu yang kehilangan dengan wafatnya Paus.
Dia menyebut kepergian Paus merupakan kehilangan besar bagi dunia, khususnya terhadap sosok pemimpin yang konsisten memperjuangkan perdamaian, keadilan sosial, dan pendidikan.
Esti bilang berpulangnya Paus membawa duka yang mendalam tak hanya bagi umat katolik, tapi juga seluruh masyarakat secara umum. "Karena dunia kehilangan sosok pemimpin yang penuh kasih, rendah hati, dan menjadi simbol harapan bagi umat manusia,” kata Esti, dikutip pada Rabu, 23 April 2025.
Menurut dia, ajaran hidup sederhana yang Paus contohkan bisa menjadi teladan bagi kami umat Katolik. "Teladan untuk peduli kepada yang miskin dan papa, menjadi energi kemanusiaan yang harus kita lakukan dalam kehidupan sosial," lanjut legislator fraksi PDIP itu.
Esti menyebut figur Paus semasa hidupnya dikenal luas sebagai tokoh lintas batas yang menjangkau dunia melalui pesan kesederhanaan, kasih universal, dan keberpihakan terhadap kaum kecil.
Lebih lanjut, dia menuturkan dalam kunjungannya ke Indonesia pada September 2024, Paus menunjukkan semangat solidaritas dan persaudaraan. Sosok kharismatik Paus membuatnya banyak dikagumi masyarakat Indonesia.
“Kalau kita ingat kita waktu kedatangan Paus ke Indonesia, masyarakat kita menyambut hangat kedatangan beliau bahkan sejak awal kedatangannya. Kalau ingat momen tersebut, saya masih merasa sangat terharu,” ujar Esti.
Ribuan Umat Katolik di NTT Gelar Doa Khusus untuk Paus Fransiskus
- Frits/tvOne/Kupang
Kemudian, Esti juga mengenang aktivitas Paus saat kunjungan apostoliknya ke Indonesia tahun lalu. Kata dia, saat itu, Paus juga sempat melakukan pertemuan dengan Scholas Occurrentes Indonesia di Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, Jakarta.
Scholas Occurrentes Indonesia merupakan bagian dari Scholas Occurrentes atau Gerakan Pendidikan Kepemudaan Global yang didirikan oleh Paus Fransiskus sejak 2013 di Argentina. Gerakan pemuda untuk pendidikan ini didirikan berdasarkan warisan budaya dan pendidikan Paus.
Esti menuturkan, Paus dinilai memiliki perhatian besar terhadap anak muda dan masa depan pendidikan.
“Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga guru kehidupan. Dalam kunjungannya ke Indonesia, beliau menunjukkan perhatian luar biasa terhadap masa depan generasi muda,” ucapnya.
Adapun Scholas Occurrentes merupakan gerakan pendidikan global yang dirintis Paus di tahun 2001 saat menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires. Ini kemudian diluncurkan kembali secara global pada 2013 dengan berkantor pusat di Roma. Adapun, semboyan Scholas Occurrentes adalah 'Towards an Education Without Borders'.
Hingga kini, Scholas Occurrentes tercatat sudah ada di sekitar 70 negara di lima benua di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Anggotanya pun masyarakat lintas agama.
Terkait itu, Paus Fransiskus sebelum wafat telah meminta Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputi sebagai Chairperson of Advisory Board atau Dewan Penasihat Scholas Occurrentes untuk Asia. Sebagai Dewan Penasihat, Megawati diharapkan mendukung rencana pembukaan Kantor Perwakilan Scholas di Indonesia untuk kegiatan operasional di Indonesia dan Asia.
Esti menaruh harapan agar komitmen perjuangan Paus di dunia pendidikan dan pemberdayaan pemuda dapat terus dilanjutkan.
“Komitmen Bapa Suci terhadap pendidikan dan pemberdayaan pemuda adalah warisan moral yang tak ternilai dan harus terus kita lanjutkan," ungkapnya.
Bagi dia, inisiatif Paus membuat Global Compact on Education atau gerakan pendidikan global itu bertujuan untuk menyerukan kolaborasi global demi membentuk generasi muda yang berjiwa kepemimpinan, penuh kasih, dan siap menjaga perdamaian dunia. Esti berharap semangat Paus di dunia pendidikan dan pemberdayaan muda tak padam sepeninggalan beliau.
“Meskipun Bapa Suci Paus Fransiskus telah tiada, semangat beliau dalam memajukan dunia pendidikan dan kepemudaan harus bisa terus menyala. Ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama,” tuturnya.
Dia bilang sebagai pimpinan Komisi di DPR yang membidangi urusan pendidikan dan kepemudaan, penting menjadikan semangat Paus sebagai fondasi dalam merancang kebijakan pendidikan nasional yang lebih inklusif, humanis, dan berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan.
"Paus Fransiskus meyakini bahwa pendidikan adalah alat paling kuat untuk mentransformasi dunia. Tentunya ini juga menjadi tanggung jawab moral Komisi X DPR untuk meneruskan semangat beliau dalam membangun generasi muda yang kritis, berbelas kasih, dan berjiwa kepemimpinan," jelasnya.