Momen Cak Imin dan Elite PKB Berbagi Berkah dengan Anak Yatim Piatu di Monas

Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin berbagi berkah dan kebahagiaan dengan mengajak ratusan yatim piatu jalan-jalan ke Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Minggu, 25 Mei 2025.

Cak Imin Minta Markas PKB Indramayu jadi Pusat Bantuan Masyarakat: Pengurus dan Kadernya Harus Maju

Cak Imin didampingi Bendahara Umum DPP PKB Bambang Susanto juga mentraktir perlengkapan ibadah bagi 100 yatim piatu dari Pondok Pesantren Yatim Piatu At-Thayyibah, Sukabumi, Jawa Barat tersebut.

"Nanti pilih sepatu sendiri-sendiri ya, pilih celana sendiri-sendiri, nanti pilih juga pecinya ada yang putih ada yang merah," kata Cak Imin.

Datangi Markas DPP PKB, Tim KPK Bahas Tata Kelola Parpol hingga Bantuan Dana Banpol

Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Photo :
  • Istimewa

Menteri Koordinator bidang Pemberdayaan Masyarakat itu pun mengajak para yatim piatu makan di sebuah restoran di kawasan Senen, Jakarta Pusat.

Hadiri Pelantikan Paus Leo XIV, Muhaimin Iskandar Bawa Surat Khusus dari Prabowo

Mereka tampak terenyum bahagia sembari menikmati hidangan yang sudah disiapkan. "Kita doain Gus Imin semoga jadi orang top di dunia dan akhirat ya," kata seorang pendamping yatim piatu.

Setelah makan pagi, para yatim piatu yang datang mengendarai dua unit bus bergegas menuju Monas. Sebelum berangkat, Cak Imin memohon doa agar setiap perjuangannya memimpin PKB juga sebagai Menko dimudahkan Allah SWT.

"Sekarang ayo jalan-jalan (ke Monas). Tapi sebelum jalan-jalan mohon adik-adik semua doakan kami ya. Ya Allah berikan kami keselamatan, kelancaran, umur panjang dan berkah, keberkahan rizki yang berlimpah, dan sukses memimpin, pimpin PKB dan pimpin bangsa dan negara," ujarnya. 

Ilustrasi sejarah.

PKB Kritik Proses Penulisan Sejarah Indonesia: Jangan Tergesa-gesa dan Minim Sosialisasi

Tanpa proses yang inklusif dan ilmiah, penulisan sejarah berpotensi bias dan tidak merepresentasikan berbagai sudut pandang.

img_title
VIVA.co.id
26 Mei 2025