Bertamu ke Masjid Quba dengan Menikmati Secangkir Kopi
Madinah, VIVA – Kamis pagi (19/6/2025), sinar matahari perlahan menyapu langit Madinah.Di sudut selatan kota, Masjid Quba tampak mulai ramai.
Puluhan bus pariwisata terparkir rapi di area luar kompleks masjid. Dari dalamnya, jemaah dari berbagai penjuru dunia turun satu per satu, termasuk jemaah haji asal Indonesia yang tampak antusias.
Masjid Quba, yang dikenal sebagai masjid pertama dalam sejarah Islam, menjadi salah satu destinasi spiritual paling ikonik di Madinah.
Masjid Quba, Masjid Pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW
- Syahdan Nurdin/MCH 2025
Sejak pagi hari, gelombang jemaah terus berdatangan. Ada yang langsung mengambil wudu, ada pula yang mengabadikan momen lewat ponsel sambil berswafoto di depan pintu gerbang. Kunjungan ke Quba seperti mengulang jejak hijrah Rasulullah SAW.
Masjid Pertama yang Dibangun Rasulullah
Masjid Quba memiliki nilai sejarah tinggi. Saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M, ia berhenti di sebuah wilayah pinggiran Madinah yang saat itu dikenal sebagai Quba.
Masjid Quba, Masjid Pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW
Di tempat itulah, Nabi membangun masjid pertamanya, yang kemudian dikenal sebagai Masjid Quba. Pembangunan ini dilakukan bersama para sahabat, dan fondasi masjid ini dibangun atas dasar takwa dan semangat kebersamaan.
Dalam Al-Qur'an, Masjid Quba bahkan disebut secara khusus dalam Surah At-Taubah ayat 108:
"Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya." (QS. At-Taubah: 108)
Tak heran jika hingga kini, Masjid Quba menjadi tempat yang sangat dianjurkan untuk dikunjungi. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa berwudu di rumahnya, lalu datang ke Masjid Quba dan salat dua rakaat di dalamnya, maka baginya pahala seperti umrah.”
(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Ramai Jemaah, Ramai Kafe
Sebuah kafe kopi berada di kawasan Masjid Quba, Madinah, Arab Saudi
- Syahdan Nurdin/MCH 2025
Selain beribadah, kawasan Masjid Quba kini juga menjadi titik kumpul santai jemaah. Dalam beberapa tahun terakhir, suasana sekitar masjid berubah lebih modern dengan hadirnya deretan kafe, foodcourt, dan tempat makan kekinian.
Setelah salat dan ziarah, banyak jemaah terlihat berkumpul di beberapa titik kuliner, termasuk kafe-kafe berkonsep modern seperti Coffee Kiqa, Clue Bakery, atau gerai kopi lokal yang menjual kopi khas Arab. Aroma kopi dan roti hangat menyatu dengan semilir angin pagi Madinah.
Beberapa foodcourt juga menyediakan makanan khas Timur Tengah seperti falafel, roti arab, shawarma, dan nasi kabsa. Pengunjung bisa memilih duduk santai di luar atau dalam ruangan ber-AC sambil menikmati suasana religius yang tetap terasa meski di tengah keramaian. Kondisi ini makin ramai bila waktu malam hari.
Simbol Persaudaraan Umat
Prof Oman Fathurrahman, Guru Besar Filologi UIN Jakarta
- Syahdan Nurdin/MCH 2025
Jemaah asal Malaysia, Pakistan, India, Turki, hingga Nigeria juga tampak hadir. Warna-warni pakaian dan suara beragam bahasa menjadi bukti bahwa Masjid Quba bukan hanya tempat salat, tapi juga simbol persaudaraan lintas negara.
"Dalam sejarahnya, pembangunan masjid Quba dibangun secara gotong royong yang tanahnya diwakafkan oleh warga setempat, pesan persaudaraan cukup kuat, " ujar Prof Oman, Filologi UIN Jakarta, Kamis(19/6/2025) yang juga baru saja berkunjung ke Masjid Quba.
Masjid Quba menjadi bukti bahwa ziarah bukan hanya soal tempat, tetapi juga soal perasaan—kerinduan, ketulusan, dan harapan yang dipanjatkan dari hati para tamu Allah. Dan di sela-sela itu, secangkir kopi hangat jadi pelengkap kehangatan suasana.