Ramai Guru Besar Kampus Kritik Jokowi, Fahri Hamzah: Nanti Kena 'Tembak' Dia Nyesel
- Partai Gelora
"Gak boleh dia ini. Orang-orang ini tugasnya di masa damai. Pada masa perang ini, ada perangkatnya," sebutnya.
Ia mengibaratkan zaman dulu pertandingan sepakbola tak ada video rekaman semacam CCTV. Kondisi itu menurutnya berpotensi adanya kecurangan.
"Sekarang CCTV sudah ada. Orang sudah tak bisa lagi curang begitu. Sama seperti demokrasi sekarang ini.
Semua perangkat sudah ada," jelas Fahri.Â
Dia bilang demikian karena sudah banyak perangkat seperti sosial media dan sebagainya. Belum lagi pihak yang punya tugas mengawasi secara ketat.Â
"Orang-orang yang mengawasi secara ketat, ada Gakkumdu, ada penegak pengawas pemilu. Mahasiswa boleh terlibat. Semuanya mulai terlibat, mengontrol," lanjut Fahri.Â
Kemudian, ia malah merasa khawatir karena jika orang idealis seperti akademisi guru besar masuk ke gelanggang 'perang' politik maka akan ada persepsi yang berbeda.
"Dan, dia lihat perang ini berkecamuk, seolah-olah dunia akan berakhir. No, ini baik-baik saja. Ini normal-normal saja," ujar Fahri.
"Dia menganggap seolah-olah kalau dia tak didengar, semua akan runtuh," tuturnya.
Fahri menuturkan lebih baik guru besar kembali ke kampus. Menurut dia, guru besar di kampus harus membantu buat desain sistem yang baik.
"Nah, ini lah, tugas besar guru besar. Kembalilah ke kampus. Desainlah sebuah sistem yang baik supaya petarungan ini beradab," ujar Fahri.
