Nasdem Sentil Projo soal Hubungan Prabowo-Jokowi: Sudah Tak Relevan
- Dok. K3 MPR RI
Jakarta, VIVA – Ketua DPP Partai Nasdem, Taufik Basari atau Tobas angkat bicara soal tudingan yang mengatakan ada pihak-pihak kalah di Pilpres 2024 yang ingin menjauhkan Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Tobas menyebut tudingan tersebut tak perlu lagi dikomentari. Sebab, ada hal lain yang lebih penting dibandingkan membahas hal-hal yang sudah berlalu.
"Tidak perlu ada komentar. Menurut saya, komentar-komentar itu adalah komentar-komentar yang tidak relevan dan tidak perlu untuk kita diskusikan," kata Tobas di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip Kamis, 9 Oktober 2025.
"Marilah kita tinggalkan hal yang tidak perlu dan kita fokus pada hal yang sangat penting, yang fundamental yang saat ini sedang dihadapi oleh bangsa ini," sambungnya.
Tobas menilai, persoalan menang dan kalah dalam pilpres sudah berlalu. Saat ini, kata dia, yang terpenting bagaimana mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
"Karena itulah, kita tidak perlu harus kembali kepada persoalan pilpres yang sudah lewat, sudah ada hasilnya, sudah sedang berjalan pemerintahannya, yang tidak jauh lebih penting dibandingkan persoalan yang tadi kita hadapi," katanya.
"Jadi menurut saya sudah tidak relevan lagi kalau mengkait-kaitkan persoalan pemilu ya dengan hal-hal yang perlu kita carikan jalan keluarnya, terkait dengan apa yang sedang kita hadapi saat ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum (Waketum) Projo, Freddy Damanik sepakat dengan pernyataan Waketum PSI Andy Budiman yang menilai ada pihak ingin menjauhkan Presiden Prabowo Subianto dari Presiden ke-7 RI Joko Widodo.
Menurutnya, kelompok yang kalah di Pilpres 2024 hingga tokoh yang menarasikan 'matahari kembar' ingin hubungan keduanya tampak tidak harmonis.
"Kami Projo juga melihat ada pihak-pihak yang berfantasi hubungan Presiden Prabowo dengan Presiden Jokowi menjadi jauh dan terpisahkan. Mereka bahkan berusaha mengadu domba dan memecah belah kedua pemimpin ini dan para pendukungnya tentunya dengan narasi-narasi yang terus menerus mereka mainkan," kata Freddy kepada wartawan, Selasa, 7 Oktober.
"Misalnya dengan narasi 'matahari kembar', 'cawe-cawe', 'pemakzulan Gibran'," imbuhnya.
