Peneliti: Tak Tegas Terhadap Kader Jadi Kelemahan Demokrat

Acara deklarasi tujuh pasangan calon pilkada dari Partai Demokrat di Jakarta.
Sumber :
  • Rifki Arsilan

VIVA.co.id – Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menyebutkan, berlarut-larutnya kasus kader Partai Demokrat yang membelot seperti Ruhut Sitompul dan Hayono Isman, menunjukkan kelemahan partai berlambang Mercy itu. 

Perang Dagang AS, Ibas Yudhoyono Singgung Pentingnya Diplomasi ke Berbagai Negara

Dari kasus tersebut, menurut dia, terlihat jelas bagaimana Partai Demokrat tidak tegas ke kadernya yang salah arah. Padahal, kata dia, seharusnya partai yang diketuai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu belajar dari "bandelnya" Anas Urbaningrum di masa lampau yang mendirikan Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), ketika Partai Demokrat sedang menggelar konvensi.

"Iya berlarut-larut, masih tidak jelas. Itulah kelemahan dari Demokrat. Dulu, kasusnya Anas begitu juga," ujar Siti kepada VIVA.co.id, Minggu malam, 2 Oktober 2016.

Ibas Dorong Pemerintah Genjot Industri Kopi Agar Mendunia

Siti mengungkapkan, sikap Ruhut yang berseberangan dengan partainya sendiri bukan yang pertama kali. Sebelumnya, Ruhut sering melakukan positioning yang tidak sejalan dengan kebijakan partai.

"Tentu ini tak elok, akan menjadi stigma (negatif) bahwa partai itu menjadi tidak berintegritas. Bukan hanya Demokrat yang punya masalah. PDIP juga sama, tetapi kader yang tidak sejalan mereka memilih keluar. Itu Boy (Sadikin) lebih elok, lebih gentle melakukan itu. Mundur dan akhirnya bersikap," ujar Siti.

Muncul Pertama Kali Setelah Lengser, Joe Biden Kecam Pemerintahan Trump

Menurut Siti, jika partai Demokrat serius membangun partai politik sebagai pilar demokrasi, siapapun kadernya yang terikat dengan Anggaran Dasar (AD)/ Anggaran Rumah Tangga (ART) partai tak boleh seenaknya sendiri. Alasannya, kebijakan suatu partai politik bersifat mengikat kepada kader.

"Kalau tidak pas dan sebagainya ya mundur, ada penalti. Harusnya kader manut karena terikat dengan kode etik parpol. Jadi siapapun lebih bagus mundur kalau tidak sepaham," ujar Siti.

Diketahui, kemelut antara Ruhut Sitompul dan Hayono Isman dengan pengurus Partai Demokrat terjadi, lantaran perbedaan pandangan soal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.

Ruhut dan Hayono mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat. Sementara itu, Partai Demokrat sendiri mengusung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni. (asp)

Gedung Mahkamah Agung

Demokrat Adukan Ketua Pengadilan Tinggi Sulut ke MA Gara-gara Ini

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sulawesi Utara secara resmi melayangkan surat keberatan kepada Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
2 Mei 2025