BI Sebut Penguatan Dolar AS Jadi Ancaman yang Harus Diwaspadai RI

Rupiah melemah terhadap dolar AS.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU/aa

Jakarta – Calon Deputi Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti mengungkapkan, sejumlah tantangan global yang masih harus diwaspadai oleh Indonesia. Salah satunya, yakni tren penguatan dolar AS, yang mana menyebabkan rupiah mengalami tekanan. 

Melemah ke Rp 16.330 per Dolar AS, Rupiah Berpotensi Balik Menguat Hari Ini

Hal ini disampaikan oleh Destry saat menjalani uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. 

"Salah satu tantangan global yang harus kita waspadai adalah tren penguatan US Dolar terhadap mata uang lainnya atau DXY. Di mana terlihat DXY yang terus mengalami peningkatan dan di lain pihak menyebabkan Asia dolar, termasuk rupiah itu juga mengalami tekanan," kata Destry di Komisi XI DPR RI, Senin, 3 Juni 2024.

Bos BTN Sebut Ekonomi Tengah Alami Tekanan Besar, Industri Diminta Lebih Rajin

Menurut Destry, menguatnya dolar AS ini telah menyebabkan mata uang di seluruh dunia mengalami tekanan, termasuk rupiah. Hal ini juga seiring dengan suku bunga yang tinggi dan bertahan lama atau higher for longer.

ilustrasi uang dolar

Photo :
  • vstory
The Matchmaker: Strategi Kolaborasi Hadapi PHK Massal dan Ancaman AI di Indonesia

Meski demikian, dibandingkan dengan negara peer group lainnya, seperti Filipina, Korea, Thailand, dan Turki jelas Destry, nilai tukar rupiah masih tercatat terkendali. 

"Kalau kita lihat memang Indonesia year to date itu mengalami pelemahan hingga 3,86 persen. Namun, dibandingkan peer group-nya apakah Filipina, Korea, Thailand, Turki depresiasi yang terkendali rupiah jauh lebih manageable dibandingkan negara-negara lainnya," jelasnya.

ilustrasi uang dolar

Photo :
  • vstory

Dengan demikian, Destry menilai RI tidak boleh terlena meskipun pertumbuhan ekonomi RI masih tercatat solid. Tercatat ekonomi RI kuartal I-2024 sebesar 5,11 persen secara year on year (yoy). 

"Dari gambaran yang kami sebutkan, walaupun pencapaian ekonomi kita relatif solid bahwa kita tidak boleh terlena dengan pencapaian ekonomi kita sejauh ini. Karena seperti yang kami sampaikan ke depan bahwa tantangan VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity) itu masih ada, baik yang berasal dari global maupun domestik," imbuhnya.

Indonesia-Swedia Kerjasama di Bidang Kesehatan

Indonesia–Swedia Jalin Kerja Sama Atasi Krisis Resistensi Antimikroba di RI

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Swedia telah terjalin selama 75 tahun. Selama lebih dari tujuh dekade, kedua negara telah membangun kerja sama berbagai bidang.

img_title
VIVA.co.id
2 Juni 2025