Luhut: Transisi Energi dan Roda Ekonomi Harus Berjalan Adil

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, saat berbicara pada sesi plenari di acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 5 September 2024
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, penerapan transisi energi harus berjalan secara adil dengan aspek ekonomi. Ini seiring dengan langkah-langkah mengimplementasikan upaya dekarbonisasi.

Luhut menegaskan hal tersebut dalam sesi plenary di acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta. Menurutnya, transisi energi harus mengatasi pertumbuhan ekonomi, memastikan keamanan energi, dan mengatasi perubahan iklim secara efektif tanpa mengorbankan aspek-aspek penting.

"Tidak ada satu teknologi atau solusi tunggal yang dapat menyelesaikan pengurangan emisi secara global. Kita harus menghindari bersikap dogmatis tentang satu teknologi pengurangan karbon," kata Luhut di acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 5 September 2024.

[dok. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, di acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024, di JCC Senayan, Jakarta, Rabu 14 Agustus 2024]

[dok. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, di acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024, di JCC Senayan, Jakarta, Rabu 14 Agustus 2024]

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Guna memuluskan upaya transisi energi itu, Luhut pun menegaskan bahwa Indonesia telah membentuk Gugus Tugas Transisi Energi Nasional untuk mendorong inisiatif transisi energi di berbagai sektor.

Dimana beberapa implementasinya yakni melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan negara-negara International Partners Group (IPG), serta Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ). Melalui kedua program tersebut, Luhut memastikan telah mengidentifikasi lebih dari 400 proyek prioritas di sektor ketenagalistrikan, yang sudah siap didanai.

"Transisi energi kami tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi, tapi juga pada mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan industri hijau yang akan menopang perekonomian kami dalam jangka panjang," ujarnya.

Untuk mempertahankan dan mempercepat transisi ini, Luhut menegaskan perlunya kolaborasi dan investasi. Karena menurutnya masa depan transisi energi Indonesia sangat bergantung pada upaya kolektif semua pemangku kepentingan.

Genjot Transisi Industri Hijau, SIG Dongkrak Kapasitas PLTS 6 Kali Lipat

Karena dari implementasi inisiatif transisi energi itu sendiri, sebenarnya tidak ada solusi yang sama persis. Sebab, lanjut Luhut, setiap negara memiliki titik awal dan keterbatasan yang unik untuk melakukan upaya dekarbonisasi. 

"Negara-negara berkembang harus terus tumbuh sambil juga mengurangi emisi. Kita tidak dapat 100 persen menerapkan solusi dari negara-negara maju, karena kapasitas fiskal, akses teknologi, dan realitas politik mereka sangat berbeda. Setiap negara harus memilih dan menerapkan strategi berdasarkan konteks dan kebutuhannya sendiri," ujarnya.

Luhut Rayu Pengusaha Belanda Investasi Pertanian di Sumatera Utara
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, di acara Energi Mineral Festival 2025

Transisi Energi Tak Boleh Bebani APBN, Bahlil Soroti Biaya Produksi dan Harga Jual EBT

Transisi energi tidak bisa langsung diterapkan sepenuhnya, dan harus dilakukan bertahap karena membutuhkan dana yang besar dan teknologi yang kompeten.

img_title
VIVA.co.id
31 Juli 2025