Surplus 50 Persen Lebih, Zulhas Pastikan Tidak Impor Beras Tahun Ini
- VIVA.co.id/M Ali Wafa
Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan optimis tidak akan impor beras di tahun 2025. Bahkan Zulhas cukup yakin tren ini akan berlanjut dalam jangka pendek hingga menengah.
Dalam paparan di acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025, Zulhas menyampaikan total produksi beras periode Januari sampai Maret 2025 membukukan hasil positif. Petani dalam negeri berhasil mengumpulkan sebanyak 8,67 ton atau 52,37 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Produksi (beras) kita naik, jadi percaya diri bahwa tahun ini tidak akan impor lagi karena lihat melihat tren kenaikan 50 persen pada bulan Januari 2025," ujar Zulhas.
Meksi berhasil surplus, Zulhas menegaskan pemerintah masih harus membangun berbagai infrastruktur pendukung seperti irigasi, memastikan ketersediaan pupuk sampai penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara tepat.
Mendag Zulhas mendampingi Presiden Jokowi saat kunjungan kerja di Riyadh
- Dok. Istimewa
"KUR sekarang besar sekali kalau tidak salah Rp300 triliun akan difokuskan untuk pertanian," imbuh Zulhas.
Setelah semua sarana dan prasarana terpenuhi, Zulhas menyinggung satu permintaan para petani yang menjadi kunci agar pemerintah membeli gabah dengan harga yang menguntungkan petani. Pasalnya, masalah ini menjadi masalah yang terus berulang selama 28 tahun.
"Kalau semua sudah kita lengkapi ada satu permintaan petani, yaitu tolong kalau kami panen dibeli dengan harga yang untung. Karena selama ini, selama 28 tahun waktu tanam harga bagus waktu panen harga turun," jelas Zulhas.
Oleh karena itu, Zulhas bersama Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan putusan terkait penetapan harga gabah serendah-rendahnya petani menerima Rp6.500. Jika tidak ada yang membeli gabah maka Bulog akan membelinya dengan harga Rp12.000.
"Jadi kalau ada pabrik padi membeli gabah kurang dari Rp6.500 nah kita bisa periksa karena pemerintah menjamin di mana pun pabrik padi maka Bulog akan membeli dengan harga Rp12.000. Harga Rp6.500 masih menguntungkan, layak. Kalau dia beli di bawah Rp6.500 artinya serakah," kata Zulhas.
Ia menambahkan, pihaknya terus melakukan monitor harga gabah setiap hari. Zulhas melaporkan, rata-rata harga gabah sudah di atas Rp6.500 hanya di Jawa Barat, Aceh, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan masih kurang sedikit di bawah harga tersebut.
"Kalau harga gabah bagus dan semuanya bagus maka kami meyakini dalam jangka pendek dan jangka menengah, kita tidak akan mengimpor beras lagi," tegasnya.
Sementara untuk jangka panjang, Zulhas mengungkapkan perlunya pembukaan lahan sawah baru untuk menyetop pembelian beras dari luar negeri. Lebih lanjut, kolaborasi pusat dan daerah juga tidak kalah penting.
"Ini akan sukses kalau ada kerja sama antar bupati, gubernur tentu pemerintah pusat," pungkas Zulhas.