Bocoran Proyeksi Pergerakan Bitcoin Ramadan 2025, Potensi Bullish hingga Tantangan Volatilitas
- Dok. Istimewa
Jakarta, VIVA – CEO Indodax Oscar Dermawan melihat perbedaan pergerakan Bitcoin di Ramadan 2025 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Oscar melihat adanya sentimen positif dari pasar yang membuka jalan Bitcoin akan bullish. Â
Pergerakan harga Bitcoin selama bulan Ramadan dalam lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan tren penurunan yang cukup konsisten. Data historis menunjukkan, selama pada Bitcoin turun 21,71 persen pada Ramadan 2021.
Di tahun selanjutnya, aset emas digital mencatatkan koreksi 16,00 persen. Koreksi masih berlangsung pada bulan puasa tahun 2023 sebesar 3,73 persen dan minus 4,14 persen pada 2024.
Oscar menjelaskan, penurunan bukan sekadar fenomena musiman tetapi juga dipengaruhi oleh psikologi pasar yang berubah selama Ramadan. Khususnya pada pola minat investor terhadap aset kripto dibandingkan bulan-bulan lainnya.Â
[dok. Chief Executive Officer (CEO) Indodax, Oscar Darmawan]
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
"Setiap tahun, minat investor ritel terhadap kripto sedikit berkurang selama bulan Ramadan yang menyebabkan tekanan jual lebih tinggi," ucap Oscar dikutip dari keterangan resmi pada Rabu, 12 Maret 2025.
Ia menyampaikan, faktor ini sering kali diperkuat oleh tren historis yang menciptakan ekspektasi penurunan harga di kalangan investor. Alhasil, meningkatkan aksi ambil untung (take profit) sebelum Ramadan tiba.
Berbeda dari lima tahun sebelumnya, pasar kripto menghadapi dinamika yang unik di Ramadan tahun ini. Bitcoin sempat mengalami lonjakan hingga 8 persen dalam satu hari sehingga kembali ke posisi US$ 90.000 setelah sebelumnya sempat merosot ke bawah US$ 80.000.Â
Oscar menilai, pemulihan tajam Bitcoin didorong oleh sentimen positif terkait rencana Presiden AS Donald Trump yang disebut-sebut ingin mengusulkan cadangan kripto nasional. Pada 2 Maret 2025, Trump mengumumkan lima koin kripto sebagai cadangan strategis Amerika Serikat (AS), yakni Bitcoin, Ethereum, XPR, Solana dan Cardano.
"Tahun ini ada elemen geopolitik yang sangat kuat dalam pergerakan pasar kripto. Jika benar ada langkah serius dari pemerintah Amerika Serikat untuk menjadikan aset digital sebagai bagian dari kebijakan moneter, dampaknya akan sangat besar bagi industri kripto secara global," tuturnya.
Bitcoin.
- The Cryptonomist
Selain itu, kebijakan ekonomi global dinilai menjadi faktor utama yang mempengaruhi volatilitas harga. Oscar menyoroti kebijakan baru Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor sebesar 25 persen terhadap barang dari Kanada dan Meksiko sebagai pemicu ketidakpastian di pasar finansial.
"Kebijakan ekonomi suatu negara, khususnya sebesar Amerika Serikat, dapat berdampak pada arus modal global, termasuk yang mengalir ke aset kripto. Investor perlu memahami bahwa kripto semakin erat kaitannya dengan kebijakan ekonomi makro," jelas Oscar.
Â
Meskipun sentimen bullish terlihat cukup kuat di awal Ramadan 2025, Oscar mengingatkan volatilitas tetap menjadi tantangan utama. Dengan adanya White House Crypto Summit yang dijadwalkan pada 7 Maret, pasar masih menunggu kejelasan arah regulasi.
"Jika hasil dari pertemuan tersebut tidak sesuai ekspektasi pasar, kita bisa melihat koreksi harga yang cukup dalam," kata Oscar.
Menurut Oscar, volatilitas kripto bisa menjadi pedang bermata dua. Satu sisi memberikan peluang tetapi di sisi lain bisa menimbulkan resiko besar jika tidak dikelola dengan baik.
Oleh karena itu, Oscar menimbang strategi investasi yang paling relevan dalam kondisi seperti ini adalah dengan tetap berpegang pada prinsip manajemen risiko yang baik. Ia menekankan pentingnya strategi diversifikasi portofolio agar investor tidak terlalu bergantung pada pergerakan harga Bitcoin semata.Â
"Diversifikasi bukan hanya soal membeli banyak aset, tetapi juga soal memahami bagaimana setiap aset merespons kondisi pasar yang berbeda. Investor yang bijak selalu memiliki rencana mitigasi risiko," tegasnya.
Oscar melihat lonjakan harga Bitcoin baru-baru ini turut dipicu meningkatnya partisipasi investor institusional yang mulai memperhitungkan kripto sebagai bagian dari aset safe haven. Baginya, kondisi ini merupakan perubahan paradigma yang perlu diperhatikan oleh investor ritel.
"Dulu, Bitcoin sering dianggap sebagai aset spekulatif semata tetapi kini mulai diperhitungkan sebagai alternatif investasi jangka panjang," pungkas Oscar.