Skenario Mengerikan Harga Bitcoin Bulan Ini
- International Banker
Jakarta, VIVA – Harga Bitcoin (BTC) diprediksi masih belum mencapai titik dasar (price floor) meskipun sempat menorehkan rekor tertinggi pada awal Agustus 2025.
Menurut analis Bitfinex yang berbasis di Hong Kong, BTC berpotensi terkoreksi lebih dalam hingga di bawah US$95 ribu (Rp1,5 miliar) pada bulan ini.
Prediksi tersebut didasari melemahnya fundamental pasar aset kripto belakangan ini. Selama sepekan terakhir, BTC gagal bertahan di atas level support US$112 ribu (Rp1,8 miliar) dan mencatat penurunan hingga 13 persen.
Tekanan ini membuat banyak investor bertanya-tanya kapan fase koreksi akan benar-benar berakhir. Bitfinex menyoroti kombinasi faktor makro sebagai pendorong utama pelemahan harga.
Data inflasi produsen (PPI) yang mengecewakan memicu gelombang likuidasi besar-besaran.
Selain itu, ketidakpastian global akibat kebijakan dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ikut memperparah sentimen.
Volume perdagangan yang rendah juga memperlihatkan lemahnya partisipasi pasar, sehingga pergerakan harga makin mudah tertekan oleh aksi jual.
“Aset kripto utama menghadapi pekan yang sulit karena tekanan makro dan aksi jual pasca-PPI. Kami menilai pasar sedang mendekati titik bawah dari tren turun ini saat memasuki bulan September,” jelas analis Bitfinex, seperti dikutip dari Indodax, Rabu, 3 September 2025.
Selama fase koreksi ini, investor besar atau whale tercatat mengalihkan sebagian modal dari Bitcoin ke altcoin, terutama Ethereum (ETH). Namun, tren tersebut tidak berlangsung stabil. Beberapa altcoin besar juga mulai kehilangan momentum.
“Di pasar altcoin, mayoritas token utama kehilangan keuntungan, sementara rotasi ke mid-cap menciptakan pemenang dan pecundang baru. Pola ini sering kali jadi sinyal bahwa modal akan kembali mengalir ke aset utama seperti Bitcoin,” tutur Bitfinex.
Meski prediksi September tampak suram, analis Bitfinex menegaskan ada potensi pemulihan kuat pada kuartal IV 2025. Mereka menilai level US$93 ribu hingga US$95 ribu (sekitar Rp1,5 miliar) bisa menjadi titik lantai Bitcoin, di mana investor institusional melalui produk ETF mulai masuk kembali.
ETF Bitcoin masih mendominasi lebih dari 90 persen investasi dana aset kripto institusional dalam beberapa bulan terakhir. Lonjakan arus dana dari ETF di akhir tahun diperkirakan akan menjadi katalis penting untuk mengangkat kembali harga BTC.