Alasan Bank Sentral China Devaluasi Yuan ke Titik Terendah 17 Tahun Demi Balas Tarif Impor Trump
- Pixabay
Shanghai, VIVA – Tarif resiprokal yang dikenakan AS kepada 60 negara yang merupakan mitra dagang Amerika Serikat (AS) mulai berlaku pada hari ini, Rabu, 9 April 2025. Tarif impor Trump memicu kekhawatiran, kecemasan hingga ketidakpastian ekonomi global menjadi sentimen negatif terhadap perdagangan pasar modal dalam beberapa hari terakhir. China menjadi negara dengan persentase pajak bea masuk tertinggi, yakni sebesar 104 persen.
Pada hari pertama pemberlakuan tarif resiprokal, bank sentral (POBC) menurunkan nilai tukar Yuan terhadap dolar AS yang mendekati level terendah dalam 17 tahun.
Dikutip Nikkei Asia pada Rabu, 9 April 2025, Yuan diperdagangkan di kisaran 7,35 per dolar AS atau turun 2 persen dari nilai tukar acuan yang ditetapkan oleh Bank Sentral Rakyat Tiongkok (POBC). Nilai tersebut menjadi terendah sejak Desember 2007 silam.
Penurunan nilai Yuan terhadap dolar AS sudah terjadi sehari jelang pemberlakuan tarif impor Trump. Pada Selasa, 8 April 2025, mata uang China jatuh ke level 7,34 per dolar AS atau jadi terendah dalam 19 bulan.
Devaluasi Yuan terjadi setelah bank sentral Tiongkok menurunkan suku bunga acuan di tengah intensitas perang dagang yang meningkat pesat. Di samping itu, Trump menuding pemerintah Beijing telah melakukan manipulasi terhadap mata uangnya.
Kapal yang membawa barang-barang ekspor dan peti kemas China. (Foto ilustrasi)
Bank sentral China menetapkan nilai tukar acuan Yuan sebesar 7,2 per dolar AS. Nilai tukar tersebut menentukan kisaran perdagangan yang diizinkan untuk Yuan di Tiongkok daratan.
Langkah PBOC menetapkan nilai tukar guna mengontrol mata uang yang terdepresiasi sekaligus mengimbangi dampaknya atas tarif impor AS yang tinggi. Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen jika Beijing tidak membatalkan keputusannya untuk mengambil tindakan balasan terhadap tarif timbal balik yang diusulkannya.
Jika Yuan Didevaluasi Akan Memicu Devaluasi Kompetitif Secara Global atau Perang Mata Uang
Analis menilai, penetapan Yuan di atas angka 7,2 akan mengindikasikan PBOC lebih proaktif dalam mengarahkan mata uang tersebut turun. Selama berbulan-bulan, bank sentral mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil meskipun ada tekanan terhadap yuan
"Kami memperkirakan bahwa PBOC akan mengizinkan fleksibilitas valuta asing dua arah secara bertahap untuk menyesuaikan diri dengan pasar yang tidak stabil setelah tarif impor resmi diberlakukan,"Â ujar Ken Cheung, direktur strategi valuta asing di Mizuho Securities.
Ia menambahkan, bank sentral akan memilih menjaga stabilitas mata uang sebelum melonggarkan kebijakan moneter. Langkah tersebut berpotensi menciptakan tekanan lebih lanjut terhadap yuan.
"Jika yuan didevaluasi, hal itu dapat memicu devaluasi kompetitif secara global," imbuh Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom untuk Asia-Pasifik di Natixis.
Ilustrasi perang dagang AS-China.
- UK Investor Magazine
Pemberlakuan tarif impor turut menyeret indeks di kawasan Asia tergerus ke zona merah. Melansir CNBC Internasional, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 1,06 persen.
Indeks Nikkei 225 Jepang menyusut 3,14 persen disusul penurunan drastis indeks Topix sebesar 3,26 persen. Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,95 persen sementara indeks Kosdaq merosot 0,44 persen.Â
Tren koreksi juga melanda pasar modal Hong Kong. Indeks Hang Seng Hong Kong terpantau amblas 3,86 persen diikuti penurunan indeks Teknologi Hang Seng sebesar 5,42 persen.