LG Mundur dari Proyek Baterai EV, Anindya Bakrie: Tak Ada Hubungannya dengan Daya Tarik Investasi di RI

[Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, saat ditemui di Menara Kadin, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 24 April 2025]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, buka suara soal hengkangnya LG dari investasi proyek baterai mobil listrik (EV Battery) di Indonesia. Anin menilai, apa yang dilakukan LG sebenarnya adalah hal yang masih masuk akal dalam dunia bisnis.

Diversifikasi Portofolio Penting! Coba 5 Alternatif Investasi Ini saat Harga Emas Makin Mahal

Menurutnya, langkah awal investasi itu, pertama harus dimulai dengan analisa. Namun, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah bagaimana aspek kesiapan dari perusahaan-perusahaan tersebut.

"Nah, melihat dunia lagi dinamis seperti itu, saya rasa masuk akal apabila setiap perusahaan, apalagi yang multinasional seperti LG, memikirkan apa yang mereka inginkan. Dan itu tidak ada hubungannya dengan attractiveness atau daya tarik dari Indonesia untuk dunia," kata Anindya di Menara Kadin, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 24 April 2025.

Prabowo Setuju Huayou Gantikan LG Investasi Baterai, Siap Groundbreaking

[Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, saat ditemui di Menara Kadin, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 24 April 2025]

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Meski demikian, Anindya menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir dengan hengkangnya LG dari proyek investasi tersebut. Sebab menurutnya, yang namanya sumber daya nikel dimana pun akan tetap berharga serta tetap dibutuhkan. 

Kadin Signs MoU with Thailand’s Board of Trade to Boost Bilateral Investment

Apalagi, bagi yang mampu memproses nikel menjadi bahan baterai yang sudah ada dan siap kapan saja, mereka akan melihat off-taker atau pembelinya juga sangat banyak yang antusias untuk menampung hal tersebut.

Sehingga, Anindya berpendapat bahwa mundurnya LG itu tidak serta-merta berarti bahwa masalah yang ada di baliknya ini adalah mengenai Indonesia. Karena bisa saja faktornya ada di pihak perusahaannya, negara asalnya, dan mengenai pandangan mereka terhadap dunia yang memang lagi menuju titik ekuilibrium.

"Jadi dari sisi Kadin, saya tetap merasa bahwa pertumbuhan investasi asing (FDI) di Indonesia mudah-mudahan juga bisa terus berkembang ke depannya. Tahun lalu kalau tidak salah total angkanya itu US$100 miliar, di mana setengahnya itu FDI lebih sedikit dan setengahnya lagi itu dari dalam negeri," ujar Anindya.

Dia memaklumi dan menilai wajar apabila sejumlah negara merasa ragu dan khawatir di awal, untuk menjadikan Indonesia sebagai ladang investasinya. Namun, apabila mereka mengetahui bahwa ternyata efek perang dagang dengan AS bagi Indonesia hanya single digit, maka hal itu dipastikan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi Indonesia sebagai negara tujuan investasi.

"Di sisi Kadin, kita justru mesti mencari lawan main di Amerika Serikat dan China, serta alternatif pasar sebagaimana yang seperti kita lakukan selama ini, dan kita share juga tadi dengan dubes-dubes ini soal apa yang akan kita lakukan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya