Realisasi Investasi PMDN Kuartal I-2025 Naik 19,1 Persen, Jakarta Jadi Juara
- VIVA.co.id/M Ali Wafa
Jakarta, VIVA – Realisasi investasi pada kuartal I-2025 sebesar Rp 465,2 triliun, atau tumbuh 15,9 persen secara year on year (yoy). Tercatat, realisasi investasi ini tertinggi berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 234,8 triliun atau naik 19,1 persen yoy.
Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan P Roeslani mengatakan kenaikan PMDN ini salah disumbang oleh peningkatan infrastruktur pembuatan jalan tol di Sumatera Utara dan Riau, serta barunya laporan investasi di bidang properti.
"Kuartal I-2025 ini PMDN kontribusinya lebih tinggi dari penanaman modal asingnya 50,5 persen atau Rp 234,8 triliun, dan PMA itu Rp 230,4 triliun atau 49,5 persen," ujar Rosan dalam konferensi pers Selasa, 29 April 2025.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Adapun terdapat lima besar lokasi dengan realisasi investasi PMDN tertinggi pada kuartal I-2025. Tercatat Jakarta menjadi lokasi PMDN tertinggi mencapai Rp 42,2 triliun atau 18 persen, diikuti Jawa Barat sebesar Rp 22,8 triliun atau 14,4 triliun.
Kemudian Jawa Timur sebesar Rp 22,1 triliun atau 9,4 persen, Riau sebesar 18 triliun atau 7,7 persen, dan Banten realisasi PMDN sebesar Rp 15,1 triliun atau 6,4 persen.
"Jakarta sekarang yang mungkin lebih banyak, biasanya Jawa Barat yang lebih banyak karena faktor manufakturing kan biasa di Jawa Barat. Tetapi di Jakarta ini juga karena faktor investasi di bidang telekomunikasi yang meningkat," jelasnya.
Ilustrasi arah investasi
- Pixabay
Pada kuartal I-2025 ini subsektor realisasi investasi PMDN terbesar berasal dari transportasi, gudang, dan telekomunikasi mencapai Rp 48,4 triliun atau 20,6 persen. Lalu ertambangan sebesar Rp 29,5 triliun atau 12,6 persen,
Selanjutnya perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp 25,3 triliun atau 10,8 persen. Kemudian jasa lainnya sebesar Rp 23,7 triliun atau 10,1 persen, dan perdagangan serta reparasi senilai Rp 18,9 triliun atau 8,1 persen.