Bukan Lagi Tulang Rusuk, Perempuan Kini Bisa Jadi Tulang Punggung Ekonomi Keluarga
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta, VIVA – Pemberdayaan perempuan kerap dibahas dari sisi kesetaraan gender atau peran ganda di ranah publik dan domestik. Namun kini, sorotan mulai bergeser ke aspek ekonomi yang dinilai lebih konkret, yakni bagaimana perempuan bisa mandiri secara finansial dan dampaknya ke stabilitas rumah tangga serta masyarakat luas.
Isu tersebut menjadi pokok bahasan dalam kegiatan pelatihan pengembangan kapasitas usaha yang digelar oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM) di Cilacap, Jawa Tengah, pada 29 April 2025.
Dalam acara tersebut, turut hadir Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan. Dia menyampaikan bahwa perjuangan kesetaraan perempuan harus dimulai dari level keluarga.
"Perjuangan kesetaraan dimulai dari level keluarga yang sebelumnya melihat perempuan sebagai tulang rusuk kini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Rabu, 30 April 2025.
Dia mengungkapkan, perempuan yang berdaya dan memiliki kemampuan finansial kuat tidak akan menyaingi pria, tetapi bersama-sama membangun kesejahteraan keluarga. Ucapan tersebut disampaikan Veronica di depan sekitar 800 pengusaha UMKM yang tergabung sebagai nasabah PNM Mekaar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 14,37 persen pekerja di Indonesia adalah perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga. Mayoritas perempuan pencari nafkah ini tinggal di wilayah perkotaan dan meskipun sebagian besar hanya menempuh pendidikan dasar, hampir setengah dari mereka menyumbang 90 hingga 100 persen dari total pendapatan rumah tangga mereka.
BPS mencatat bahwa sebagian besar perempuan ini memilih untuk bekerja secara mandiri, dengan 47,53 persen menjalankan usaha sendiri karena fleksibilitas waktu yang memungkinkan mereka untuk tetap mengurus keluarga. Sementara itu, 44,95 persen lainnya bekerja sebagai karyawan, dan sisanya bekerja lepas. Jam kerja mereka rata-rata 35 hingga 49 jam per minggu, bahkan sekitar 21 persen bekerja lebih dari 49 jam.
Lebih lanjut, Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, menegaskan bahwa program pendampingan dan pemberdayaan perempuan yang dijalankan lembaganya akan terus diperkuat. Dia menyebut bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan memiliki efek berantai yang luas.
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi
- VIVA
"Ketika perempuan diberdayakan, dampaknya tidak hanya pada ekonomi rumah tangga, tapi juga pada kualitas pengasuhan, pendidikan anak, dan stabilitas sosial," katanya.
"Kekuatan perempuan adalah kekuatan besar bagi bangsa," tegas Arief.
Dukungan juga datang dari pemerintah daerah. Wakil Bupati Cilacap, Amy Amalia Fatma Surya, menyatakan bahwa program pemberdayaan perempuan seperti ini dapat menjawab persoalan mendasar di masyarakatnya.
"Program pemberdayaan ekonomi perempuan dapat menjadi solusi untuk menekan angka kekerasan dan perceraian di wilayah kami yang sebagian besar dipicu oleh masalah finansial," ujarnya.
PNM sendiri menjalankan pendekatan pemberdayaan melalui tiga pilar modal—finansial, intelektual, dan sosial, dengan harapan perempuan tak hanya diberi dana, tapi juga pendampingan dan jaringan usaha. Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan lembaga keuangan seperti PNM menjadi kunci agar dampak dari program ini dapat dirasakan lebih luas dan berkelanjutan.