Mengenal Revenge Saving, Tren Menabung yang Lagi Naik Daun di 2025
- freepik.com/freepik
Jakarta, VIVA – Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kecemasan finansial pasca pandemi, muncul sebuah tren keuangan baru bernama “revenge saving”. Jika Anda pernah mendengar istilah revenge spending, yaitu perilaku belanja besar-besaran sebagai bentuk pelampiasan setelah pembatasan pandemi, maka revenge saving adalah kebalikannya.
Kini, banyak orang, khususnya generasi muda dan pekerja urban, justru memilih menabung besar-besaran sebagai reaksi atas gaya hidup konsumtif di masa lalu. Mereka merasa perlu “membalas” perilaku boros dengan cara membatasi pengeluaran dan mempercepat akumulasi tabungan. Inilah yang disebut sebagai revenge saving.
Fenomena ini sedang ramai di Amerika Serikat dan mulai terasa gaungnya di berbagai negara lain, termasuk Indonesia.
Apa Itu Revenge Saving?
Ilustrasi asuransi/menabung dan mengelola keuangan.
- Pixabay
Melansir dari Yahoo Finance, revenge saving adalah tren menabung secara agresif sebagai bentuk koreksi atau pelampiasan setelah mengalami tekanan finansial, penyesalan belanja, atau ketidakpastian ekonomi. Menurut laporan MarketWatch dan Finance Monthly, tren ini semakin terlihat di 2025, ketika banyak orang memilih menyimpan dana ekstra untuk menghadapi situasi tak terduga.
Tren ini bukan hanya soal menabung biasa, tetapi lebih ke arah gaya hidup yang benar-benar membatasi konsumsi. Banyak pelaku revenge saving yang secara sadar menghindari pengeluaran hiburan, belanja impulsif, bahkan liburan, demi memperkuat kondisi finansial pribadi.
Mengapa Revenge Saving Muncul?
Ada beberapa faktor yang mendorong kemunculan revenge saving:
1. Rasa bersalah pasca belanja besar-besaran
Setelah era revenge spending pasca-pandemi, banyak orang merasa menyesal karena tidak punya cukup simpanan atau merasa terlalu konsumtif.
2. Ketidakpastian ekonomi global
Inflasi, naik-turunnya suku bunga, dan ancaman resesi membuat banyak orang memilih berjaga-jaga secara finansial.
3. Lonjakan kesadaran finansial
Pandemi membuat banyak orang sadar pentingnya dana darurat, sehingga sekarang mereka menabung bukan untuk tujuan konsumsi, tapi untuk keamanan jangka panjang.
4. Dorongan dari media sosial
Konten soal minimalisme, frugal living, dan financial freedom ikut mendorong tren ini di kalangan Gen Z dan milenial.
Ciri-ciri Pelaku Revenge Saving
Jika Anda melakukan beberapa hal berikut, bisa jadi Anda sedang menjadi bagian dari tren ini:
- Tiba-tiba mengurangi drastis pengeluaran hiburan dan konsumsi
- Menabung lebih dari 30–50% dari penghasilan
- Merasa cemas jika tidak bisa menyisihkan uang dalam jumlah besar
- Lebih memilih naik transportasi umum daripada ride-hailing
- Menolak belanja barang baru meski mampu secara finansial
Cara Melakukan Revenge Saving Secara Sehat
Menabung agresif memang baik, tetapi jika dilakukan berlebihan juga bisa berdampak negatif secara mental dan sosial. Berikut beberapa tips melakukan revenge saving dengan bijak:
1. Otomatisasi tabungan
Sisihkan sebagian penghasilan secara otomatis ke rekening tabungan di awal bulan.
2. Terapkan prinsip “no-buy month”
Tantang diri Anda untuk tidak belanja selain kebutuhan pokok selama satu bulan.
3. Kurasi langganan digital
Batalkan layanan streaming atau aplikasi berbayar yang jarang dipakai.
4. Tetapkan tujuan finansial yang realistis
Misalnya menabung Rp10 juta dalam 6 bulan untuk dana darurat, bukan sekadar menimbun uang tanpa arah.
5. Jaga keseimbangan hidup
Tetap sisihkan dana untuk hiburan dan sosial agar Anda tidak merasa stres atau terisolasi.
Apakah Revenge Saving Itu Positif?
Secara umum, revenge saving adalah langkah baik selama dilakukan dengan sadar dan tidak ekstrem. Menurut pakar agribisnis dan ekonomi dari berbagai laporan media internasional, meningkatnya jumlah simpanan masyarakat dapat memberi stabilitas keuangan pribadi dan ketahanan terhadap gejolak ekonomi.
Namun, jika Anda sampai merasa bersalah setiap kali belanja kebutuhan dasar atau justru mengalami stres karena terlalu menekan gaya hidup, itu bisa menjadi pertanda bahwa strategi Anda perlu ditinjau ulang.
Tren revenge saving mencerminkan pergeseran cara berpikir masyarakat terhadap uang. Dari yang sebelumnya konsumtif dan impulsif, kini beralih ke gaya hidup yang lebih hati-hati dan penuh pertimbangan.
Di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti, strategi ini bisa menjadi langkah awal untuk meraih keamanan finansial jangka panjang. Jika dilakukan dengan cermat, revenge saving bukan hanya tren sesaat, tapi bisa jadi gaya hidup keuangan masa depan yang lebih berkelanjutan.