Airlangga Sebut Tembaga RI Masuk AS Bebas Tarif, Ini Alasannya

[Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers peluncuran ALFI Convex 2025, di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu, 2 Juli 2025]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, nantinya tidak semua produk asal Indonesia akan dikenakan tarif 19 persen, saat masuk ke pasar Amerika Serikat (AS).

Tarif Impor Baru Trump Berlaku per 7 Agustus

Dia menyebut, terdapat sejumlah komoditas yang dibutuhkan AS yang nantinya akan dikenakan tarif lebih rendah bahkan hingga 0 persen, seperti misalnya produk-produk olahan dari tembaga.

"Beberapa komoditas kita yang memang AS tidak produksi akan diberi tarif lebih rendah, bahkan untuk konsentrat tembaga dan katoda tembaga (tarifnya akan) di nol kan," kata Airlangga di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat, 1 Agustus 2025.

BPS: AS Sumbang Surplus Neraca Perdagangan Terbesar RI di Semester I-2025

Smelter tembaga dan pemurnian logam mulia Amman

Photo :
  • Dok. Amman

Dia menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia, untuk tidak mengekspor mineral kritis seperti tembaga dalam bentuk bahan mentah (ore), termasuk ke AS.

Trump Naikkan Tarif Impor untuk Kanada Jadi 35 Persen, Efek Akui Palestina?

"Jadi itu yang Indonesia sebut komoditas industri, jadi secondary process sesudah ore. Maka itu sudah sejalan dengan apa yang kemarin diumumkan juga oleh secretary commerce (AS) dan dari White House," ujarnya.

Sebelumnya, Airlangga juga sempat menyatakan bahwa pemerintah Indonesia akan terus melanjutkan proses negosiasi dengan AS.

Tujuannya tak lain adalah demi menekan tarif impor sejumlah komoditas strategis nasional di bawah 19 persen, bahkan hingga ke 0 persen.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif masuk barang impor ke AS

Photo :
  • AP Photo/Mark Schiefelbein

Menurutnya, sejumlah produk asal Indonesia yang sedang diajukan dalam negosiasi tarif tersebut, mencakup sejumlah komoditas sumber daya alam yang tidak dapat diproduksi oleh AS.

"Produk-produk itu antara lain kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, dan juga produk mineral lainnya termasuk juga komponen pesawat terbang dan juga komponen daripada produk industri di kawasan industri tertentu seperti di free trade zone," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya