Prabowo Ganti Menteri Keuangan, Bandingkan Rekam Jejak Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa di Bidang Ekonomi
- [Mohammad Yudha Prasetya]
Jakarta, VIVA – Kabinet Merah Putih pimpinan Presiden Prabowo Subianto resmi mengalami reshuffle. Posisi Menteri Keuangan (Menkeu) yang selama bertahun-tahun identik dengan nama Sri Mulyani kini berganti tangan.
Prabowo melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menkeu RI pada Senin, 8 September 2025, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 86P Tahun 2025.
Pergantian ini menjadi sorotan publik, mengingat Sri Mulyani dikenal sebagai figur reformis yang telah berulang kali membawa nama Indonesia ke panggung internasional. Sementara itu, Purbaya Yudhi Sadewa datang dengan latar belakang kuat di pasar modal, lembaga keuangan, serta pengalaman panjang di berbagai posisi strategis pemerintahan.
Pertanyaan besar pun muncul, bagaimana rekam jejak kedua ekonom ini bila dibandingkan, dan apa implikasinya bagi arah kebijakan fiskal Indonesia?
Rekam Jejak Sri Mulyani
Sri Mulyani Indrawati lahir di Bandar Lampung pada 26 Agustus 1962. Ia menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), lalu melanjutkan Master of Science dan PhD di University of Illinois Urbana-Champaign, Amerika Serikat. Fokus akademiknya ada pada ekonomi moneter, perbankan, dan tenaga kerja.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani
- Setpres
Kariernya dimulai di dunia akademik, lalu berlanjut ke pemerintahan dengan menjadi staf ahli di Bappenas pada 1994. Ia kemudian dipercaya memimpin Bappenas pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelum akhirnya dilantik menjadi Menteri Keuangan pada 2005.
Sebagai Menkeu, Sri Mulyani dikenal tegas melakukan reformasi pajak, membersihkan birokrasi dari praktik korupsi, dan menekan biaya pinjaman negara. Pada 2006, ia diganjar penghargaan “Finance Minister of the Year” oleh Euromoney.
Namanya makin melambung setelah didapuk menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia (2010-2016), menjadikannya orang Indonesia pertama yang menduduki posisi tersebut. Namun pada 2016, Presiden Joko Widodo memanggilnya pulang untuk kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan.
Di era Jokowi, Sri Mulyani menunjukkan kepemimpinan tangguh dalam menangani pandemi COVID-19. Defisit APBN yang sempat menyentuh 6 persen berhasil ditekan kembali ke bawah 3 persen dalam dua tahun.
Ia pun menerima penghargaan “Best Minister in the World” pada 2018 di Dubai serta berulang kali dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia Pasifik.
Tidak hanya itu, kiprahnya juga diakui dunia internasional dengan gelar kehormatan Honoris Causa dari Australian National University pada 2024. Reputasi global ini menjadikannya salah satu simbol stabilitas fiskal Indonesia.
- Lulusan Fakultas Ekonomi UI (1986), MSc dan PhD Ekonomi dari University of Illinois Urbana-Champaign (1992).
- Pernah menjabat Staf Ahli Bappenas (1994), lalu Kepala LPEM FEB UI.
- Direktur Eksekutif IMF mewakili 12 negara Asia Tenggara (2002).
- Menteri Bappenas (2004), lalu Menteri Keuangan (2005-2010) era Presiden SBY.
- Reformasi pajak dan keuangan, menurunkan korupsi di Kemenkeu, serta menjaga defisit fiskal.
- Dinobatkan sebagai Finance Minister of the Year oleh Euromoney (2006).
- Direktur Pelaksana Bank Dunia (2010-2016).
- Kembali menjabat Menteri Keuangan di era Jokowi (2016-2024).
- Berhasil menekan defisit APBN pasca pandemi COVID-19 dari 6% ke bawah 3% dalam dua tahun.
- Menerima penghargaan Best Minister in the World (2018), tiga kali Menteri Keuangan terbaik Asia Pasifik (2017-2019), serta Honoris Causa dari Australian National University (2024).
Rekam Jejak Purbaya Yudhi Sadewa
Berbeda dengan Sri Mulyani yang dikenal lewat reformasi fiskal dan kiprah internasional, Purbaya Yudhi Sadewa menonjol di bidang stabilitas perbankan dan pasar modal. Ia merupakan lulusan Master of Science (MSc) dan PhD Ekonomi dari Purdue University, Amerika Serikat.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa
- tvOnenews/Abdul Gani Siregar
Karier awalnya dimulai di sektor swasta sebagai field engineer di Schlumberger Overseas SA pada 1989. Namun, namanya kemudian melejit di dunia ekonomi setelah bergabung dengan Danareksa. Ia pernah menjabat Chief Economist Danareksa Research Institute (2005-2013) hingga Direktur Utama PT Danareksa Securities (2006-2008).
Purbaya juga aktif di pemerintahan. Ia menjadi Staf Khusus di Kemenko Perekonomian (2010-2014), Deputi III Kantor Staf Presiden (2015), hingga Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi di Kemenko Marves (2018-2020).
Pada September 2020, ia dipercaya menjadi Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Di bawah kepemimpinannya, LPS memperkuat digitalisasi klaim simpanan, mempercepat pencairan klaim hingga rata-rata 8 hari kerja, serta menangani likuidasi puluhan BPR dengan total klaim triliunan rupiah. Ia juga memperluas kerja sama dengan lembaga internasional untuk memperkokoh sistem keuangan nasional.
- Karier awal sebagai Field Engineer di Schlumberger Overseas SA (1989-1994).
- Senior Economist Danareksa Research Institute (2000-2005).
- Chief Economist Danareksa (2005-2013), Direktur Utama PT Danareksa Securities (2006-2008), Anggota Dewan Direksi PT Danareksa (2013-2015).
- Deputi III Kantor Staf Presiden (2015), Staf Khusus Bidang Ekonomi di Kemenko Polhukam dan Kemenko Maritim (2015-2018).
- Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi di Kemenko Marves (2018-2020).
- Ketua Dewan Komisioner LPS (2020-2025).
- Memperkuat sistem penjaminan simpanan hingga Rp2 miliar saat pandemi COVID-19.
- Mendorong digitalisasi klaim dan mempercepat pencairan simpanan nasabah bank likuidasi rata-rata hanya 8 hari kerja.
- Menangani likuidasi 15 BPR dengan nilai klaim Rp735 miliar per Oktober 2024.
- Memperluas kerja sama internasional dengan IADI dan sinergi dengan OJK-BI.
Perbandingan Sri Mulyani vs Purbaya Yudhi Sadewa
Dari sisi pengalaman, Sri Mulyani jelas memiliki reputasi global yang jarang dimiliki pejabat Indonesia. Ia terbukti piawai menjaga fiskal, menekan defisit, dan menjaga kredibilitas Indonesia di mata investor asing.
Sementara itu, Purbaya memiliki keunggulan dalam stabilitas sistem perbankan, pasar modal, dan penyelesaian masalah likuidasi lembaga keuangan. Pengalaman teknisnya di LPS membuatnya lebih dekat dengan isu mikro stabilitas keuangan, berbeda dengan Sri Mulyani yang fokus pada isu makro fiskal. Dengan latar belakang berbeda ini, pergantian Menkeu bisa memberi warna baru pada arah kebijakan ekonomi Prabowo.