Tak Semua Driver Ojol Sepakat, Tuntutan Soal Potongan Komisi 10 Persen Dinilai Tidak Realistis
- VIVA.co.id/Andrew Tito
Jakarta, VIVA – Puluhan pengemudi ojek online (ojol) menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI Senayan pada Selasa siang, 17 September 2025, dengan membawa sejumlah tuntutan. Dimana salah satunya adalah soal pemangkasan potongan komisi dari 20 persen menjadi 10 persen.
Nyatanya, demo yang digagas Garda Indonesia itu hanya diikuti oleh puluhan orang yang tampak berkumpul di depan Gedung DPR, karena sebagian besar driver ojol justru tetap menjalankan aktivitas orderannya dengan lancar.
Terlebih, dari hasil wawancara para awak media di lapangan, diketahui bahwa tidak seluruh peserta demo satu suara soal tuntutan yang diusung oleh pihak-pihak penggagas demo tersebut. Menurut mereka, komisi 20 persen masih proporsional, sementara sebagian lainnya mendesak pemangkasan yang lebih besar.
Aksi demo driver ojol di Gedung DPRD Solo
- VIVA.co.id/Fajar Sodiq (Solo)
Hal itu sebagaimana yang diutarakan oleh seorang pengemudi ojol yang sudah tujuh tahun beroperasi di wilayah Jakarta Selatan bernama Wicak. Pria yang tengah menempuh studi magister di salah satu universitas di Jakarta itu menilai, potongan 20 persen tetap realistis. Karena menurutnya, keberlangsungan platform juga membutuhkan biaya operasional yang besar, sehingga komisi tidak bisa diturunkan sembarangan.
"Menurut saya 20 persen itu wajar, tapi jangan sampai jadi 40 persen karena ada biaya lain. Kalau benar 20 persen ya worth it. Masalahnya ada di promo dan sistem tambahan yang bikin penghasilan berkurang," kata Wicak kepada awak media di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis, 18 September 2025.
Dia menilai bahwa tuntutan agar komisi diturunkan hingga 10 persen akan sulit direalisasi, karena tingginya biaya operasional yang dibutuhkan pihak aplikator.
“Aplikasi tetap butuh biaya operasional (hosting) besar untuk melayani jutaan orang. Jadi enggak mungkin kalau komisi diturunkan sampai 10 persen dalam sehari, bagi jutaan ojol online secara bersamaan. Itu pasti butuh dana yang tidak sedikit," ujarnya.
Diketahui, sebelumnya komunitas ojek online (ojol) Unit Reaksi Cepat (URC) juga menolak ikut aksi demo 17 September 2025, karena dinilai sarat politis. Salah seorang perwakilan URC, Michael menegaskan, pihaknya tidak tahu apakah mereka yang demo di hari itu benar-benar driver ojol atau bukan.
"Kita enggak tahu yang demo itu ojol atau bukan. Karena kalau menurut saya, justru mereka itu bukan bagian dari ojol. Itu hanya sebagian kecil aja. Itu hanya orang-orang oknum yang memiliki kepentingan, tidak mewakili," kata Michael.
"Karena yang inisiatornya itu pun tidak memiliki akun. Tidak punya akun ojol itu," ujarnya.